Saatnya Pedagang Oleh-oleh Haji Memetik Panen 

JENDELAISLAM.ID – Panen tidaklah menjadi milik para petani saja. Para pedagang oleh-oleh khas Arab pun bisa memetik panen raya tatkala musim haji tiba.

Musim haji merupakan waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh para pebisnis yang menjajakan oleh-oleh haji.  Pasalnya jutaan jamaah haji bakal tumpah ruah di Tanah Suci dengan tujuan ibadah. Membeludaknya jamaah yang bagai lautan manusia ini jelas sebuah peluang yang sangat sayang bila disia-siakan. Pantas saja apabila para pedagang di Tanah Suci sana memanen rezeki berlimpah ini.

Di tanah air pun musim haji disambut lebih antusias oleh para pedagang ketimbang di luar musim haji. Lihat saja betapa banyaknya para pedagang di Tanah Abang Jakarta, maupun pedagang-pedagang oleh-oleh haji di daerah luar Jakarta.  Apa yang mereka lakukan tak lain dan tak bukan kecuali berharap kecipratan berkah musim haji, yakni bisa meraup keuntungan lebih.

Memang tujuan utama berangkat ke Tanah Suci adalah menunaikan rukun Islam yang kelima dan berharap bisa menjadi haji yang mabrur. Namun bagi kebanyakan masyarakat, rasanya kurang lengkap bila sepulang haji tidak membawa buah tangan khas Arab. Oleh-oleh haji sepertinya sudah menjadi ‘keharusan’ bagi para jamaah haji yang telah menunaikan hajinya.  

Kuatnya tradisi oleh-oleh itulah yang dimanfaatkan oleh para pedagang oleh-oleh haji.   Inilah kesempatan yang tidak boleh dibiarkan secara percuma, sebab keuntungan ada di depan mata. Tak mengherankan saat musim haji, omzet pedagang bisa naik berlipat-lipat dari hari biasa.

Di Pasar Tanah Abang, misalnya, segala macam produk yang biasa dibawa jamaah haji dari Tanah Suci tersedia komplit. Aneka produk yang diimpor dari Timur Tengah itu dengan mudah ditemukan di pasar ini.

Oleh-oleh haji yang ditawarkan para pedagang pun beragam. Mulai dari buah kurma, kacang Arab, air zam-zam, minyak habbatusauda, minyak zaitun, kopiah, baju, sajadah, permadani, tasbih, dan pernak-pernik lain, seperti: parfum khas Arab, pacar kuku dan ada pula yang menjajakan MP3 musik Arab.

Saatnya Panen

Ada beberapa alasan kenapa jamaah memburu oleh-oleh haji meskipun terkadang sebelumnya sudah membeli oleh-oleh di Tanah Suci.

Pertama, mereka yang membeli oleh-oleh untuk menutup kekurangan buah tangan yang telah dibeli sebelumnya. Tak jarang ketika para jamaah haji ingin membawa pulang oleh-oleh itu terhalang oleh berbagai kendala, seperti batasan membawa air zam-zam. Sementara keluarga besar sudah menantikan oleh-oleh semacam air zam.

Untuk mengantisipasi kekurangan itu,  para jamaah cukup membeli di toko-toko yang mendagangkan oleh-oleh khas Arab di kota terdekat dengan tempat tinggal jamaah.

Kedua, setidaknya dengan membeli oleh-oleh di tanah air, ongkos belanja menjadi lebih irit karena tak perlu menambah ongkos kargo pesawat yang tentu sangat mahal.

Ketiga, tidak ingin repot membawanya mulai dari Tanah Suci, bandara, dan kembali memindahkannya lagi ketika turun dari pesawat. Dengan adanya toko-toko terdekat di kota tempat jamaah tinggal, maka jelas lebih praktis dan efisien. Toh semua barang yang dijual di Tanah Suci juga sama dengan yang dijual di toko oleh-oleh haji.

Beragam alasan inilah yang membuat bisnis oleh-oleh serta pernak-pernik haji di tanah air cukup menjanjikan. Bahkan menjajakan oleh-oleh haji pas musim haji dirasakan oleh sebagian pedagang omzetnya meningkat luar biasa dibanding hari biasa.

Hal ini bisa dimaklumi lantaran membawa oleh-oleh haji sudah jadi kebiasaan yang sedemikian melekat bagi para jamaah haji. Imbas positifnya, jelas para pedagang kebanjiran untung.

Keuntungan inilah alasan bisnis oleh-oleh haji tetap eksis bahkan terus tumbuh dari waktu ke waktu, bersamaan dengan meningkatnya jamaah yang pergi ke Tanah Suci. Mungkin saja kuota haji terbatas dan hanya setahun sekali pemberangkatannya, tetapi tidak untuk umrah karena jamaah yang ingin umrah justru terus menunjukkan grafik meningkat. Ini artinya bisa memacu pertumbuhan bisnis oleh-oleh haji di Tanah Air.

Cerdas Membaca Pasar

Tanpa persiapan matang, tidak serta-merta keuntungan besar bisa didapat oleh para pebisnis oleh-oleh haji. Tentunya jauh-jauh hari sebelum musim haji tiba, seorang pedagang harus mulai memasok barang dagangannya.  Jangan sampai disamakan ketersediaan stok barang pada saat hari-hari biasa dengan musim haji. Karena musim haji adalah saatnya memanen laba.  

Prinsip ekonomi apabila permintaan meningkat, mestilah diimbangi dengan pasokan barang yang harus mencukupi. Atas dasar ini, jangan sampai membeludaknya pembeli tak seimbang dengan ketersediaan barang. Sebab kalau pasokan cukup, yang sepadan dengan antusiasme pembeli, maka keuntungan yang bakal didapat pun semakin besar.

Pedagang mesti jeli membaca situasi; kapan saatnya ramai dan saatnya biasa-biasa saja. Pada hari-hari biasa, kebutuhan akan oleh-oleh haji berbeda dengan bulan Ramadhan atau lebaran Idul Fitri meskipun pada hari biasa banyak juga yang membeli, entah sebagai oleh-oleh sepulang dari umrah atau untuk dikonsumsi keluarga sendiri.

Begitu pula konsumsi masyarakat terhadap hidangan khas Arab, seperti kurma, dan busana Muslim, di bulan Ramadhan atau lebaran tentu trend penjualannya masih lebih baik dibandingkan hari biasa meskipun peningkatannya tak setinggi saat musim haji.

Demikian pula antara Ramadhan berbeda pula dengan musim haji. Musim haji adalah puncaknya (dimana penjualan oleh-oleh haji akan laris manis) karena identik dengan panen raya.

Kemudian kedua, memperhatikan jenis oleh-oleh yang menjadi favorit para jamaah. Dari semua jenis oleh-oleh yang diimpor dari Arab, tentulah ada beberapa barang yang biasanya diserbu oleh para jamaah haji; seperti air zam-zam, kurma dan kacang Arab. Apa yang menjadi kesukaan jamaah, ini yang perlu diprioritaskan ketersediaannya.

Ketiga, melengkapi dengan beragam aksesoris; seperti gelang, kalung, heyna, kopiah, sajadah, dan sebagainya.

Di samping oleh-oleh favorit, tidak ada salahnya melengkapi dengan berbagai ragam oleh-oleh lainnya. Apalagi seiring dengan perkembangan zaman, permintaan pasar sebagai oleh-oleh atau kenang-kenangan biasanya juga semakin beragam. Karena itu, apabila mampu membaca apa yang dimaui oleh para jamaah haji, tentu menjadi peluang untuk mendapatkan keuntungan.

Akhirnya, cermat membaca pasar, di samping faktor-faktor lain seperti modal dan tempat strategis, adalah kunci bagi kesuksesan menjalankan bisnis ini. Tepat mengambil langkah akan menentukan kemajuan usaha ini.***

Foto:  Tangkapan Layar Youtube Sahabat Salam