JENDELAISLAM.ID – Disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, ada orang Bani Israel yang mengunjungi sahabatnya dengan maksud untuk meminjam uang sebesar seribu dinar. Teman yang menghutanginya pun meminta syarat, “Hadirkan beberapa saksi agar mereka menyaksikan (hutangmu ini).”
“Cukuplah Allah sebagai saksi bagiku!” kata si peminjam.
“Kalau begitu, coba datangkan seseorang yang bakal menjaminmu!” sahut temannya memberikan syarat lain.
“Cukuplah Allah yang menjaminku!” jawabnya.
Begitulah yang dipinjami mengulangi persyaratannya lagi, tetapi yang meminjam pun kembali menyampaikan jawaban serupa.
“Baiklah. Akan kuberikan seribu dinar untuk engkau pinjam. Ya sudah, biarlah Allah saja yang menjaminnya,” ucap si pemberi pinjaman.
Ia merasa sahabatnya yang membutuhkan uang itu memang jujur, dapat dipercaya dan bertanggung jawab untuk mengembalikan pinjamannya sesuai dengan tempo yang disepakati.
Lantas, uang itu diserahkan kepada sahabatnya. Setelah mendapatkan uang pinjaman, si penghutang pun pergi menyeberangi lautan untuk kembali menjalankan bisnisnya di tempatnya.
***
Singkat cerita, tak terasa pinjaman itu sudah jatuh tempo dan harus segera dikembalikan. Sadar harus mengembalikan pinjamannya, hari itu ia mencari kapal yang bisa mengantarkan dirinya ke sahabatnya yang memberikan pinjaman padanya. Lelaki memang sudah niat untuk mengembalikan uang yang dipinjam. Ditentenglah uang seribu dinar ke tepi laut. Sekian lama bolak-balik, mondar-mandir tak jua mendapati kapal.
Tampak lelaki itu mulai gelisah karena kapal yang dinantikannya tak kunjung tiba. Dia sedih karena bila tak bisa mengembalikan uang di hari itu, sama artinya ia mengingkari janji yang telah disepakati. Padahal dirinyalah yang meminta agar Allah swt. yang menjadi saksi dan penjaminnya.
Hatinya gundah-gulana. Hingga beberapa saat kemudian dilihatnya ada sebatang kayu yang mengapung. Tiba-tiba ia mendapatkan sebuah ide. Dalam benaknya, uang sebanyak itu bisa disiasati untuk dimasukkan ke dalam kayu, kemudian dihanyutkan ke laut. Konyol memang, tetapi tidak mengapa ini dilakukan sebagai wujud kesungguhannya dalam menepati janji.
Segera dipungut kayu itu. Ia lubangi sampai kira-kira uang seribu dinarnya bisa masuk semua di dalamnya. Tak lupa ia menyertakan sepucuk surat yang menjelaskan keadaan dirinya yang sebenarnya sehingga tidak bisa datang langsung untuk mengembalikan uang pinjaman. Setelah itu, lubang kayu tersebut ditutup hingga rata. Barulah kemudian dihanyutkannya ke laut.
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku berhutang seribu dinar kepadanya. Dia meminta penjamin kepadaku, lalu aku menjawab, ‘Cukuplah Allah sebagai penjamin’. Dan dia rela dengan-Mu. Lalu dia memintaku seorang saksi dan aku berkata, ‘Cukuplah Allah sebagai saksi.’ Dia pun rela kepada-Mu. Sesungguhnya aku telah berusaha mencari perahu untuk mengirim haknya, tetapi aku tidak mendapatkan, dan aku menitipkannya kepada-Mu,” demikian ia berdoa.
Setelah itu ia pulang ke rumahnya sembari memasrahkan semuanya pada Allah SWT. Ia yakin bahwa Allah akan membereskan urusannya. Benar saja, permohonan lelaki tersebut terjawab. Allah SWT menjaga kayu berisi uang tersebut di tengah lautan dan mengarahkan ombak di lautan agar menghempaskan kayu itu ke pulau dimana sahabat lelaki tersebut berada.
Nun jauh di seberang lautan, sang pemberi pinjaman tengah menunggu temannya itu. Cukup lama ia menanti, tapi tanda-tanda kedatangannya tak nampak. Saat hendak pulang, pandangannya tiba-tiba tertuju pada kayu yang mengambang, mendekati daratan. Lalu dihampirilah kayu itu untuk dibawa pulang sebagai kayu bakar. Sesampai di rumah, kayu itu dibelah dan ternyata di dalamnya terdapat uang seribu dinar dan sepucuk surat dari sahabatnya.
***
Beberapa waktu kemudian, setelah ada kapal yang mengantarnya ke pulau seberang, dia datang menemui sahabatnya yang meminjaminya uang dengan perasaan bersalah. Di tangannya sudah ada seribu dinar lagi, karena khawatir uang yang dikirim lewat kayu tidak sampai ke tangan sahabatnya.
“Demi Allah, sebelum kedatanganku kali ini, aku telah berusaha mencari kapal, namun sungguh sayang aku tidak mendapatkannya. Maafkan aku, kawan,” katanya meminta maaf.
Sejurus kemudian, ia berikan uang seribu dinar yang baru dibawanya dari rumah kepada sahabatnya itu.
“Apakah engkau mengirimkan sesuatu?” tanya sahabat yang memberi pinjaman.
“Bukankah telah kukatakan bahwa aku tidak mendapatkan kapal yang bisa mengantarkanku ke tempat ini?” jawab sang peminjam.
Kemudian sahabatnya itu mengabarkan, “Sesungguhnya Allah telah mengantarkan uang pinjamanmu yang kau taruh di dalam sebatang kayu. Karena itu bawalah uang seribu dinarmu kembali dengan beruntung!”
Lelaki tersebut bersyukur kepada Allah SWT atas karunia dan nikmat-Nya. Semua itu bisa terjadi berkat rahmat Allah. Begitulah niat baik, akan dibalas Allah sesuai dengan yang diniatkan.
***
Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah di atas. Pertama, setiap Muslim diperintahkan untuk berlaku jujur, amanah serta menepati janji. Barang siapa yang melakukan sifat-sifat tersebut, niscaya ia diberi balasan yang baik, di dunia maupun di akhirat. Barang siapa yang meninggalkan khianat karena Allah dengan segenap kejujuran dan keikhlasan, niscaya Allah mengganti hal tersebut dengan kebaikan yang setimpal.
Kedua, anjuran untuk senantiasa tawakkal kepada Allah SWT dalam segala urusan dan kondisi. Apabila usaha dan ikhtiar sudah dilakukan maksimal, segera pasrahkan diri kepada Yang Kuasa. Begitu pula yang dilakukan oleh lelaki yang berhutang tersebut. Ketika jatuh tempo, uang seribu dinar itu sudah ia siapkan untuk diantarkan kepada sahabatnya. Akan tetapi karena perjalanannya menyeberang lautan, maka ia harus mendapatkan kapal. Mengingat di hari itu tak ada kapal, apa daya, ia berspekulasi dengan cara mengirimkan uangnya melalui kayu yang dihanyutkan ke laut. Ia pasrahkan pada Allah SWT agar menjaga dan mengantarnya kepada sahabatnya.
Ketiga, anjuran untuk mencatat hutang, mendatangkan saksi dan jaminan dalam hutang. Seperti diketahui hutang adalah persoalan serius yang akan terbawa di kehidupan setelahnya apabila belum selesai di dunia. Karena itu, perlu dicatat, perlu ada saksi dan jaminan agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan salah satu pihak di kemudian hari.
Keempat, kisah tersebut bagian dari karamah yang diberikan kepada orang yang saleh. Sulit dinalar akal sehat, kayu berisi uang seribu dinar yang dihanyutkan di lautan bisa sampai ke tangan orang yang dituju. Tidak jatuh ke tangan orang lain. Ini termasuk aneh, yang terjadi bukan secara kebetulan saja. Akan tetapi berkat doa orang shaleh tersebut, Allah swt. menjawabnya dengan mengirimkan kayu berisi uang tersebut kepada orang yang tepat.
(Diadaptasi dari “Balasan Kejujuran dan Amanah” dalam “Kisah-kisah Nyata tentang Nabi, Rasul, Sahabat, Tabi’in, Orang-orang Dulu dan Sekarang”, Syaikh Ibrahim bin Abdullah, al-Sofwa, Jakarta, 1998).
Foto: Pixabay/NoName_13