Hikmah Luar Biasa dari Perintah Berpuasa

JENDELAISLAM.ID – Puasa merupakan amalan yang dituntunkan oleh agama.  Dan puasa harus dilakukan di siang hari. Tidak dilakukan di malam hari. Kenapa demikian?

Syekh Ali Ahmad al-Jarjawy menjawab dalam kitabnya “Hikmatu Tasyri’ wa Falsafatuhu” bahwa amal yang paling utama di sisi Allah adalah yang paling berat di sisi hamba-hamba-Nya. Oleh karena itulah, ajaran puasa dilakukan di siang hari, supaya terasa lebih berat dilakukan oleh seorang hamba, sehingga akan menghasilkan pahala yang berat pula.

Masih menurut al-Jarjawy, apabila puasa dilakukan di malam hari, kondisinya berbeda dengan siang hari, dimana manusia bisa beristirahat dengan nyaman di malam hari. Oleh karenanya, Allah mewajibkan puasa di siang hari, karena ada unsur masyaqqah (berat) di dalamnya, bila malam hari tentu tidak ada masyaqqah. Masyaqqah itulah yang menyebabkan seorang hamba memperoleh pahala yang besar serta maghfirah (ampunan).

Ada banyak hikmah yang luar biasa dari perintah berpuasa, sebagaimana diterangkan dalam ayat-ayat-Nya dan hadits Nabi SAW, di antaranya adalah:

1.  Pembersihan dan Pelatihan Jiwa

Puasa berarti membersihkan jiwa dengan menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Puasa juga menjadi sarana untuk melatih jiwa agar selalu menghambakan diri secara total kepada Allah dengan menahan nafsu makan, minum dan seksual, serta menahan segala sesuatu yang menjadi kesenangan jiwa, semata-mata hanya karena mencari ridha Allah.

Abu Hurairah meriwayatkan hadits qudsi yang berkaitan erat dengan masalah tersebut, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada harum minyak kesturi. Ia meninggalkan makanan, minuman, dan nafsu seks hanya untuk-Ku. Setiap amal ibadah anak Adam untuk dia, kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya” (Muttafaq ‘alaih).

2.  Menyehatkan Badan

Lapar dan haus adalah sebuah proses yang membawa kesehatan kita mencapai kondisi yang seimbang kembali, setelah sekian lama dibebani metabolisme yang berlebihan. Oleh karena itu pula, rasa lapar dan haus menjadi sarana untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

Para dokter Yunani pada masa lalu menjadikan puasa sebagai cara untuk menyembuhkan ragam penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh obat atau teknik penyembuhan lain.

Menurut Dr. Jamil el-Zaky, puasa punya kontribusi besar dalam menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Orang yang selesai menjalankan periode puasa, biasanya memiliki energi hidup yang lebih besar. Seperti ulat memasuki periode kepompong selama beberapa lama. Binatang itu seakan-akan bertapa dalam rumah yang dibuatnya sendiri dan setelah melewati masa kepompong, ia akan keluar dari rumahnya itu dalam bentuk baru yang indah.  

Penelitian medis di atas selaras dengan sabda Nabi SAW, “Berpuasalah, niscaya (badanmu) menjadi sehat”(HR. Ibnu Sunni dan Abu Nu’aim).

3.  Sarana Meningkatkan Ruhaniyah

Puasa akan mengangkat ruhaniyah umat di atas keinginan-keinginan materi mereka. Salah satu kegembiraan yang dirasakan oleh setiap orang yang menyempurnakan puasanya sehari penuh adalah saat berbuka.

Nabi SAW melukiskan dalam haditsnya, “Orang-orang yang berpuasa mempunyai dua kegembiraan. Ia gembira apabila berbuka dan ia gembira dengannya apabila bertemu dengan Tuhannya” (Muttafaq ‘alaih).

4.  Sarana Penempaan Diri

Puasa, lebih-lebih di bulan Ramadhan, adalah sebuah madrasah dimana kaum Muslimin mengalami masa pendidikan di dalamnya. Makanya, puasa dapat dijadikan sarana latihan untuk menempa berbagai macam sifat terpuji.

Puasa adalah jihad melawan nafsu, menangkal godaan-godaan syetan yang terkadang terlintas dalam pikiran. Puasa juga bermakna mendidik kesungguhan, membiasakan berlaku sabar dan menahan keinginan syahwat.

Bukan itu saja, puasa juga mendidik kita untuk bersikap jujur dan merasa diawasi oleh Allah SWT, baik dalam kesendirian maupun dalam keramaian, karena saat itu, tak seorang pun yang mengawasi orang yang berpuasa selain Allah.

5. Sarana Pengendalian Syahwat

Makna puasa di antaranya adalah meredam gejolak nafsu seksual, sekaligus mengangkat ke derajat yang sangat terhormat. Nasehat Nabi SAW kepada para pemuda yang belum mampu menikah agar mereka mau berpuasa sampai mendapatkan kemampuan menikah, patut direnungkan.

“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kamu mempunyai kemampuan nikah, hendaklah menikah karena menikah dapat menundukkan pandangan mata dan dapat lebih menjaga kemaluan. Barang siapa yang tidak mampu menikah, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa dapat menahan hawa nafsu” (HR. Bukhari dan Muslim).

6. Sarana Mensyukuri Nikmat

Puasa akan membiasakan manusia untuk selalu mengingat nikmat Allah. Seseorang tidak akan mengetahui nilai suatu nikmat, kecuali setelah ia pernah tidak mendapatkannya. Nikmat kenyang akan bisa dirasakan manakala ia pernah mengalami lapar dan dahaga. Hal itu akan selalu mendorongnya untuk mensyukuri nikmat Allah.

Dengan berpuasa, kita menahan nafsu untuk makan, minum dan berhubungan badan yang kesemuanya itu merupakan nikmat yang besar. Nikmat-nikmat itu seringkali diabaikan dan dilupakan manusia. Manusia lupa bahwa Allah telah menganugerahinya nikmat yang begitu besar. Dan baru mengingatnya setelah kehilangan atau tak lagi merasakan nikmat-nikmat itu.

Nah, puasa mendorong manusia untuk senantiasa bersyukur atas semua nikmat tersebut, karena mensyukuri nikmat merupakan kewajiban.

Firman  Allah SWT menyebutkan hikmah puasa dalam rangkaian ayat-ayat tentang puasa, “…Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS. al-Baqarah: 185).

7. Menumbuhkan Sifat Sosial

Lapar dan haus yang kita alami saat berpuasa bisa mengingatkan kita bagaimana kondisi orang-orang yang terpinggirkan dan kurang beruntung di sektiar kita.  Sebab, ketika berpuasa, orang merasakan haus dan lapar, tidak peduli siapa dia latar belakangnya; apakah ia orang kaya, orang miskin, keturunan ningrat atau rakyat jelata, semua merasakan hal yang sama; haus dan lapar. Kondisi semacam ini sudah biasa dirasakan oleh orang-orang miskin. Inilah dimensi sosial dari puasa. 

Persis kata Ibnu Qayyim al-Jauzi bahwa puasa dapat mengingatkan bagaimana rasanya perut lapar dan kehausuan yang sering dirasakan para fakir miskin.

Karena itu, melalui puasa jiwa sosial akan tumbuh dan berkembang. Mereka yang kaya merasa terpanggil untuk membantu atau berderma kepada orang miskin. Sebaliknya, orang miskin merasa mendapatkan kasih sayang dari mereka yang berbaik budi. Sehingga kepedulian terhadap sesama ini memupuk sifat-sifat sosial yang baik.

Dalam sebuah hadits dinyatakan, “Nabi SAW pada bulan Ramadhan berada dalam penuh kedermawanan, melebihi angin yang berhembus kencang” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

8.  Media yang Menghantarkan Manusia ke Derajat Takwa

Puasa merupakan media yang bisa mengantarkan kita menuju derajat takwa. Jika kita dapat mengendalikan nafsu yang sebenarnya halal di luar siang bulan Ramadhan (seperti: makan, minum, dan hubungan seksual dengan pasangan) hanya karena mengharap ridha Allah dan takut akan siksa-Nya yang pedih, maka kita akan terbiasa dan terlatih untuk menahan diri dari segala hal yang haram.

Puasa Ramadhan mengharuskan kita menahan diri dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah menuju titik akhir, yakni agar menjadi manusia yang bertakwa.

Sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam QS. al-Baqarah: 185, “Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa.”***

Foto: Pexels/Mohammed Alim