JENDELAISLAM.ID – Suatu saat ayam Baginda Harun ar-Rasyid (Khalifah Bani Abbasiyah yang memerintah pada 786 – 803 M) bertelur.
Melihat ayam betinanya bertelur, Baginda sumringah. Saking senangnya, ia mengadakan sayembara. Sayembara itu berupa pertanyaan yang mudah, tapi perlu jawaban tepat dan masuk akal.
Barang siapa yang bisa menjawab pertanyaan itu, akan mendapat hadiah besar. Satu pundi penuh uang emas. Sebaliknya, bila tidak bisa menjawab, maka akan mendapatkan hukuman.
Banyak orang ingin mengikuti sayembara itu. Mereka sampai meneteskan air liur. Tapi mengingat beratnya hukuman yang bakal dijatuhkan, mereka mengurungkan niatnya. Tak mengherankan bila pesertanya hanya empat orang. Dan salah satu dari para peserta ikut adalah Abu Nawas.
Aturan main sayembara itu ada dua. Pertama, jawaban harus masuk akal. Kedua, peserta harus mampu menjawab sanggahan dari Baginda Harun ar-Rasyid.
Pada hari yang telah ditetapkan, para peserta sudah siap di depan panggung. Baginda duduk di atas panggung.
Tibalah peserta pertama maju untuk menjawab pertanyaan Baginda.
“Manakah yang lebih dahulu, teluar atau ayam?” tanya Baginda.
“Telur,” jawab peserta pertama.
“Apa alasannya?”
“Bila ayam lebih dahulu, itu tidak mungkin karena ayam berasal dari telur,” kata peserta pertama.
“Kalau begitu siapa yang mengerami telur itu?” sanggah baginda.
Peserta pertama pucat pasi. Wajahnya mendadak berubah putih seperti kertas. Tidak bisa menjawab. Tanpa ampun, ia dimasukkan ke dalam penjara.
Peserta kedua maju dan menerangkan, “Baginda, sebenarnya telur dan ayam tercipta dalam waktu yang bersamaan.”
“Bagaimana bisa bersamaan?” tanya Baginda.
“Bila ayam lebih dahulu, itu tidak mungkin karena ayam berasal dari telur. Bila telur lebih dahulu, itu juga tidak mungkin karena telur tidak bisa menetas tanpa dierami,” jawab peserta kedua mantap.
“Bukankah ayam betina bisa bertelur tanpa ayam jantan?” sanggah Baginda.
Peseta kedua bingung. Ia pun menyusul peserta pertama, masuk ke dalam penjara.
Kini, giliran peserta ketiga.
“Tuanku yang mulia, sebenarnya ayam tercipta lebih dahulu daripada telur.”
“Apa alasannya?”
“Menurut hamba, yang pertama tercipta adalah ayam betina,” kata peserta ketiga meyakinkan.
“Lalu bagaimana ayam betina bisa beranak-pinak, jika tidak ada ayam jantan?” tanya Baginda.
“Bagaimana bila ayam betina mati sebelum ayam jantan yang sudah dewasa sempat mengawininya?” lanjut Baginda.
Peserta ketiga pun tak berkutik mendapat sanggahan Baginda. Ia menyusul ke penjara.
Saatnya, giliran Abu Nawas.
“Yang pasti adalah telur dulu, baru ayam,” kata Abu Nawas.
“Coba terangkan secara logis!” tanya Baginda.
“Ayam bisa mengenal telur, sebaliknya telur tidak mengenal ayam,” jawab Abu Nawas singkat.
Baginda Raja berpikir agak lama. Baginda tidak menyanggah argumentasi Abu Nawas.
Demikianlah kecerdasan dan kecerdikan Abu Nawas saat mengikuti sayembara soal mana yang ada lebih dulu, apakah ayam atau telur.
Hal ini diceritakan dalam Buku “Abu Nawas: Cuplikan Kisah 1001 Malam”. ***
Foto: Tangkapan YT KABI