JENDELAISLAM.ID – International Conference on Religious Moderation (ICROM) 2024 yang diselenggarakan di Jakarta berakhir pada Rabu (06/11/2024). Acara dengan tema “Religious Moderation and Its Responses to Humanitarian Crisis” ini memberikan sejumlah rekomendasi bagi para stakeholder terkait, khususnya pemerintah sebagai pembuat kebijakan dalam memperkuat moderasi beragama dalam merespons krisis kemanusiaan global modern.
Menurut Dedi Slamet Riyadi, Kasubdit Bina Paham Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik, ICROM bertujuan untuk mengintegrasikan dunia akademis dan penelitian dengan kebijakan pemerintah agar gagasan dan inovasi dari para intelektual dapat memberikan solusi konkret bagi masyarakat.
“Kami berharap bahwa berbagai gagasan, inovasi, dan hasil penelitian bisa menjadi dasar pertimbangan utama bagi pengambil kebijakan, untuk melahirkan kebijakan yang inovatif, berdampak nyata, dan solutif,” paparnya.
Adapun sejumlah rekomendasi utama ICROM 2024 sebagai berikut:
1. Moderasi beragama perlu terus dikembangkan agar tidak hanya membicarakan pada persoalan kerukunan, tapi juga meninjau kembali sejauhmana relevansinya dalam memastikan tidak adanya diskriminasi bagi semua umat beragama dan berkepercayaan.
2. Moderasi beragama bisa menjadi framework solusi permasalahan global, mulai dari isu keamanan, kesenjangan sosial ekonomi, serta perubahan iklim.
3. Terkait perubahan iklim, prinsip dari moderasi beragama mampu menjadi basis dalam membentuk ruang pertemuan berbagai kelompok keagamaan dan kepercayaan untuk menyelesaikan persoalan lingkungan dan perubahan iklim.
4. Pengembangan moderasi beragama tidak hanya dari aspek pelaksanaan program, tapi juga dari aspek evaluasi terhadap cara menyosialisasikannya hingga metodologi pengukuran yang digunakan agar tidak kontraproduktif terhadap tujuan awal pengembangan moderasi beragama.
5. Implementasi moderasi beragama yang berbasis kelompok tidak hanya dibatasi tema-tema seputar kerukunan dan toleransi, tapi perlu diperluas dalam bidang pengembangan masyarakat, seperti pengembangan ekonomi dan mengurangi kesenjangan sosial.
Saat ini, Indonesia berkomitmen menjadikan moderasi beragama sebagai bagian dari upaya global menuju kedamaian. Sebab, menurut Dedi, kontribusi kecil pun dapat memiliki dampak besar, layaknya efek kupu-kupu (butterfly effect), dimana sebuah tindakan sederhana dapat berpengaruh luas.
“Hal-hal sederhana seperti membantu sesama atau menjaga lingkungan adalah bagian dari kontribusi kita pada kemanusiaan yang besar,” ucap Dedi.
Dedi berharap, rekomendasi-rekomendasi ICROM 2024 ini dapat diimplementasikan dan didukung oleh berbagai pihak, termasuk akademisi dan masyarakat luas. Sebab, realisasi moderasi beragama yang efektif memerlukan kerja sama erat antar-stakeholder.***
Sumber: Kemenag
