JENDELAISLAM.ID – Rektor Universitas Indonesia, Prof. Ari Kuncoro, menyampaikan bahwa filsafat antar-budaya yang berkembang di Indonesia bisa menjadi contoh bagi negara-negara luar dalam menampilkan Islam sebagai agama yang bisa menjadi solusi konflik global.
“Dengan filsafat antar-budaya, Indonesia dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Islam bukanlah ancaman melainkan solusi bagi perdamaian dunia,” ujarnya saat memberi sambutan pada pembukaan “Konferensi Internasional Humanitarian Islam” di Balairung Universitas Indonesia, Depok pada Selasa (05/11/2024).
Menurut Prof. Ari, panggilan akrab Rektor UI ini, Islam di Indonesia berkembang melalui filsafat antar-budaya yang diimplementasikan oleh Walisongo sehingga mampu menjaga persatuan dalam keberagaman di Indonesia.
“Filsafat antar-budaya berusaha memahami dan menghargai pandangan serta nilai-nilai yang dimiliki oleh berbagai budaya yang berbeda,” ujarnya.
Lebih lanjut, Prof. Ari menjelaskan, tiga aspek utama yang menjadi prinsip filsafat antar-budaya, adalah: keterbukaan, saling menghargai, dan kesadaran kritis. Dalam hal ini, prinsip keterbukaan berarti terbuka terhadap kepercayaan dan ajaran agama lain. Prinsip ini dapat meminimalisir rasa superioritas bahwa hanya ada satu ajaran yang paling benar dan ajaran lain salah.
Prinsip kedua adalah saling menghargai bagaimana umat beragama lain menjalankan keyakinannya.
Prinsip ketiga adalah kesadaran kritis. Artinya, penganut suatu agama dapat menggunakan nalar objektif dalam menginterpretasi ajaran agamanya dan terbuka terhadap sejarah masa lalu sebagai bahan pembelajaran.
“Sejarah Islam di Indonesia telah membuktikan bahwa islam dan kebudayaan lokal dapat hidup berdampingan dan saling menguatkan,” terangnya.
Untuk itu, Indonesia memiliki peran unik dalam menunjukkan bahwa Islam bisa menjadi inspirasi perdamaian dunia melalui Humanitarian Islam. “Humanitarian Islam tidak mencakup aspek-aspek vertikal saja, tetapi juga mencakup rasa kemanusiaan, keadilan sosial, dan perdamaian,” lanjutnya.
Pembukaan konferensi ini dihadiri oleh Sekretariat Liga Muslim Dunia (MWL) Asia Tenggara (Abdurrahman al-Khayyat), perwakilan duta besar negara sahabat, Menteri Agama RI (Nasaruddin Umar), Mendiktisaintek (Satryo Soemantri Brodjonegoro), Menteri Luar Negeri (Sugiono), Menteri BP2MI (Abdul Kadir Karding), Menteri Sosial (Saifullah Yusuf), Menteri Pemberdayaan Perempuan (Arifatul Choiri Fauzi), beserta sejumlah pejabat dan akademisi lain.
Sumber: NU Online
