Pentingnya Menghormati Guru

JENDELAISLAM.ID – Di zaman dulu, murid dijewer kupingnya oleh guru, itu wajar.  Guru memerintahkan murid untuk berlari mengitari halaman sekolah sampai 10 kali, itu juga biasa. Guru menghukum murid untuk berdiri di depan kelas, itu juga tak aneh. Bahkan murid harus melakukan push up karena melanggar, juga tak mengherankan. 

Para murid yang mendapat hukuman beragam, seperti disebutkan di atas, masih dalam batas kemanusiaan. Bahkan masih tergolong mendidik. Sebab mereka telah melakukan pelanggaran, entah tidak mengerjakan PR, baju tidak dimasukkan, terlambat masuk kelas, tidak mengenakan seragam, tidak mengerjakan tugas atau tindakan indisipliner lainnya. 

Ganjaran yang tepat pada anak didik yang tidak disiplin, tentu dengan cara-cara yang edukatif. Para guru terdahulu mungkin menggunakan cara-cara di atas untuk mendisiplinkannya.  

Dan murid-murid yang mengerti, tentu paham konsekwensi dari ketidakdisiplinan yang mereka lakukan sendiri.  Mereka tidak akan marah. Mereka tidak akan melawan dan mereka tidak akan memusuhi gurunya. Sebab, mereka sadar memang tak mendisiplinkan diri mereka sendiri dan tak bertanggung jawab.

Hukuman semacam itu adalah sebuah kewajaran dan mereka fine-fine saja. Bahkan mereka tak akan berani melaporkan ke orang tuanya, karena sadar memang merekalah yang berbuat kesalahan. Dan orang tua zaman dulu, justru akan memarahi anaknya yang dihukum oleh gurunya karena ketidakdisiplinannya.

Seberapa efektifnya hukuman atas pelanggaran tersebut, tak bisa diukur secara matematis. Sangsi tersebut, pada hakikatnya, dipandang sebagai tanda kasih sayang seorang guru.  Guru memberi perhatian terhadap anak didiknya. Sekaligus guru juga menanamkan pendidikan moral kepada mereka. Pada saatnya ketika mereka beranjak dewasa, akan tahu di balik penghukuman tersebut.  Bahkan hukuman-hukuman yang mendidik itu penting untuk menumbuhkan perilaku dan mental murid yang bertanggung jawab.

Namun, alangkah sedihnya, guru yang berniat baik dan berjibaku dalam mendidik murid-muridnya, sekarang ini justru kerap mendapatkan perlawanan dan ancaman dari muridnya sendiri atau dari orang tua murid.

Dengan dalih, Hak Asasi Manusia (HAM)-lah, bagian dari kekerasan pendidikanlah atau karena ketidakrelaan para orang tua yang merasa anaknya diperlakukan tidak sebagaimana mestinya.

Kita tentu mengelus dada saat melihat seorang anak didik yang masih belia sudah sedemikian beraninya menentang gurunya padahal di saat itu ia sedang memberikan nasehat bijaknya. Seorang guru tidak akan serta-merta memberi pembinaan atau hukuman pada anak didiknya tanpa alasan yang jelas.  Itu dilakukan demi kebaikan si anak diik. Kalau pun toh memberikan hukuman, itu juga tidak menyakiti, tidak melukai dan sekadar pembinaan moral.

Karena itu, mestinya kita juga tidak lantas buru-buru memvonis guru yang mendidik muridnya dengan cara di atas dianggap telah melanggar HAM atau guru telah melakukan tindak kekerasan. Terkecuali jika terbukti guru memang sudah bertindak di luar batas kemanusiaan; mungkin hukuman itu sudah melukai secara fisik atau kata-kata verbal yang dapat merontokkan mental murid, melecehkan anak didik, bertindak asusila atau tindakan-tindakan tak bermoral lainnya.  Bila kasusnya seperti ini, tentu lain soal.

Guru, sebagaimana kita pahami, itu digugu dan ditiru. Seorang guru yang benar-benar guru adalah suri tauladan untuk murid-muridnya. Tutur kata dan tindak-tanduk guru menjadi panutan anak-anak didiknya. Sebab pada dasarnya, guru adalah orang tua anak di sekolah yang harus dihormati.

Apakah sopan seorang murid bicara keras kepada gurunya, apalagi sampai membentak, mengeluarkan sumpah serapah bahkan mengancam? Apakah etis seorang murid menyela pembicaraan guru tidak pada tempatnya? Apakah wajar seorang murid yang diingatkan baik-baik, tetapi lantaran tidak terima, kemudian mencak-mencak dengan kata-kata kasar dan kotor kepada guru? Dan apakah normal seorang murid melontarkan kalimat yang menyakiti perasaan gurunya atau malah berbuat yang bisa melukai fisik sang guru? 

Imam Nawawi pernah mengatakan bahwa murid mestinya  taat kepada guru terhadap apa yang diperintahkan di dalam perkara yang halal. Penting bagi murid untuk menghormati guru, agar ilmu yang diperoleh bermanfaat dan berkah. Dan perlu kita pahami ilmu yang bermanfaat dan mengandung keberkahan adalah sebuah kenikmatan yang tak terkira. Ia akan menjadi ladang amal jariyah, yang pahalanya terus-menerus mengalir meski hayat tak dikandung badan.

Selamat Hari Guru!***

Foto: Ahmed Akacha