JENDELAISLAM.ID – Pekerjaan manusia yang sesungguhnya adalah pekerjaan abadi yang sampai ke akhirat.Sebab, pada dasarnya,manusia hidup di dunia ini melalang buana (ngumbara), suatu saat akan kembali ke kampung yang sesungguhnya.
Hal ini disampaikan Mbah Nun, panggilan akrab Emha Ainun Najib, saat ngaji Ma’iyah yang dirilis melalui akun Youtube CakNun.com.
Menurut Mbah Nun, kampung yang sesungguhnya, yakni kampung surga. Hal ini dikarenakan kakek nenek moyang kita, yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa, kampungnya berasal dari di surga. Keduanya diciptakan di surga.
Oleh karena itu, tujuan manusia itu sesungguhnya kembali ke surga. Sebenar-benarnya mudik ya ke surga.
Oleh karena itu, Mbah Nun berpesan agar anak-anak zaman sekarang ini harus tahu kebutuhan yang seharusnya dan mana yang tidak. Kebutuhan apa yang hendak dibawa ketika mudik ke kampung yang sesungguhnya.
Ibarat makan, itu ada nasi, ada lauk, kerupuk, ada sambal dan segala macam tetek-bengek makanan. Orang sering tergoda dengan beraneka macam makanan, seperti kerupuk, sambel, lauk, karena meriah, padahal yang penting adalah nasinya karena merupakan bekal untuk melakukan perjalanan mudik.
Sayangnya, anak zaman sekarang ini banyak kepincut, terhadap gebyar dunia, padahal apa yang diberikan oleh Allah SWT itu adalah sesungguhnya bekal menuju akhirat.
Allah SWT memberikan segala sesuatu kepada manusia untuk digunakan sebaik-baiknya saat kelak kembali pada-Nya. Hanya saja, manusia menyalahgunakan pemberian/limpahan itu dengan cara menggunakan secara tidak benar. Atau cara hidup manusia yang tidak nggenah (keliru).
“Misalnya, menyiapkan lembaga pendidikan, namun tidak dengan niat yang benar/lurus dan jujur. Buat pendidikan, kok niatnya dagang. Kalau niatnya berdagang, ya mebel saja. Jangan memperdagangkan Islam dan al-Qur’an. Sekarang, kita banyak kekeliruan seperti itu,” ungkap Mbah Nun.
“Nah, di tempat seperti ini (majlis ilmu), kita sebenarnya sedang berada di tempat pendidikan yang sejati yang membawa manusia menuju keabadian. Di tempat pendidikan sejati, mungkin tidak efektif dipakai untuk kerja di industri. Karena sifatnya hanya sementara. Yang abadi adalah akhlak karimah, manfaat untuk kita, khairun nas anfauhum linnas. Dan itu nantinya yang akan diterima oleh Allah SWT,” ujarnya.
Bagaiamana jalan yang benar mudik menuju Allah SWT?
Kita semuanya akan kembali kepada Allah SWT. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Jadi, kampung asli yang langgeng itu di surga, bukan dunia. Tempat Nabi Adam dan Hawa diciptakan.
“Jadi, hidup itu tujuannya bukan di dunia. Dunia itu sementara, bukan menjadi tujuan. Dunia adalah jalan supaya kalian bisa sampai ke kampung asli, yakni surga. Di sana, kalian bertemu kepada Allah SWT.”
Mbah Nun, menyitir firman Allah SWT dalam Qur’an Surat (QS): al-Qashash: 77, artinya, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”
“Dalam rangka engkau jalan mencari kampung halaman yang asli (akhirat), kamu jangan sampai lupa nasibmu di dunia. Artinya, jangan shalat terus kemudian tidak kerja. Tetap kerjanya, tetapi kerjanya sekedar untuk bertahan hidup di dunia. Itu jika tujuannya adalah akhirat.”
Untuk itu, Mbah Nun mengoreksi pesan orang tua kepada anaknya saat merantau, “Le pokoke sing sregep nyambut gawe, sekolahmu sing apik, neng ojo lali shalat.”
Iku kuwalik, kudune, “Le, kowe golekono Allah, golekono akhirat, njaluko wuruk Pak Kyai piye carane golek akhirat. Neng ojo lali nasibmu neng ndunyo, ojo lali sinau, ojo lali nyambut gawe.”
(“Nak, pokoknya yang rajin bekerja, sekolah yang bagus, tapi jangan lupa shalat”). Itu terbalik, mestinya, (“Nak, carilah Allah, carilah akhirat, minta diajari Pak Kyai bagaimana caranya mencari akhirat. Tapi, jangan lupa nasibmu di dunia, jangan lupa belajar, jangan lupa bekerja)”.
Jadi begitu, yang utama adalah akhiratnya. “Kalau Anda mencari akhirat, Allah akan menjamin rezekimu. Allah menjamin dua hal, tidak akan kelaparan, dan tidak akan takut. Kamu akan terhindar dari kelaparan dan mengamankanmu dari rasa takut. Yakinlah bahwa rezeki itu, nanti akan datang sendiri. Tenang saja. Allah SWT sangat baik, murah hati,” lanjut Mbah Nun.
Pesan Mbah Nun, yang penting, kita terikat berada dengan nikmat allah SWT dalam keadaan apa saja, kita teguhkan bahwa hidup kita itu di dalam ruang syahadatain. Komitmen kita terhadap Allah dan cinta kepada Rasulullah SAW.***
Sumber Foto: TL/CakNun.com
