JENDELAISLAM.ID — Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH. M. Cholil Nafis, menyebut bangsa Indonesia sudah terbiasa hidup dalam perbedaan, terlebih dalam aktivitas keberagamaan.
Seperti peredaan tentang penetapan 1 Muharram 1446 H.
Perbedaan itu bukan malah membuat perpecahan, tetapi justru melahirkan keindahan, bisa membedakan mana urusan furu (cabang) dan urusan ushul (prinsip).
Kyai Cholil menyampaikan hal itu dalam kegiatan Tabligh Akbar MUI Menyapa Umat di Masjid al-Ittihad, Legenda Wisata, Cibubur, Ahad (07/07/2024).
Kyai Cholil mengajak umat untuk merefleksikan pergantian tahun baru dengan semangat persatuan.
“Semangat hijrah itu adalah semangat persatuan, santai kalau kita paham masalah khilafiyah, kita akan proporsional menyikapi perbedaan,” jelasnya.
Spirit persatuan dalam hijrah itu bisa dilihat bagaimana para sahabat senantiasa membersamai Rasulullah SAW ketika hijrah dari Makkah ke Madinah.
Abdurrahman bin Auf, saudagar kaya raya, yang rela meninggalkan hartanya di Makkah hanya untuk menemani Rasulullah SAW dalam hijrahnya.
Begitu pula sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq yang rela membersamai Rasulullah SAW dalam perjalanan hijrah dan selama tiga hari terjebak bersama Nabi di Gua Tsur.
Begitu pula, penduduk Madinah yang menyambut secara riang gembira saat Nabi Muhammad SAW menginjakkan kakinya di Tanah Madinah.
Hadir juga dalam acara itu, Sekretaris Jenderal MUI (Buya Amirsyah Tambunan), Wakil Sekretaris Jenderal MUI (KH. Arif Fahrudin), Ketua Komisi Dakwah MUI (KH. Ahmad Zubaidi), dan Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI (Habib Nabiel al-Musawwa).***
Sumber Teks & Foto: MUI
