JENDELAISLAM.ID – KH. Miftachul Akhyar menjelaskan dua tanda hati seseorang sedang mati. Hal ini disampaikan dalam kajian rutin Syarah al-Hikam di akun Youtube Multimedia KH. Miftachul Akhyar.
Ulama asal Surabaya, Jawa Timur, yang juga Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), ini menjelaskan tanda tersebut dengan menukil pernyataan Imam Ibnu Athaillah dalam kitab al-Hikam.
Pertama, seseorang tidak bersedih ketika membiarkan begitu saja kebaikan-kebaikan yang seharusnya bisa menjadi tambahan amal.
“Tanda orang yang hatinya mati manakala dia ketinggalan atau lalai melakukan kebaikan-kebaikan, tidak sedih,” terangnya.
Kyai Miftach, sapaan beliau, mengatakan bahwa orang yang sedang mengidap tanda matinya hati ini, merasa biasa saja ketika lalai dan merasa tidak ada beban bagi dirinya. Bahkan merasa biasa saja saat lalai dalam hal melakukan kewajiban.
Bagi orang yang mati hatinya, lanjut Kyai Miftach, menganggap biasa saja perjalanan waktu. Padahal, mengisi amal kebaikan sangat penting di sepanjang waktu. Karena kesempatan yang Allah berikan hari ini, belum tentu datang di hari berikutnya.
“Hati yang mati itu sudah tidak merasa ada perasaan eman (sayang kalau hilang begitu saja-ed.) terhadap kesempatan melakukan kebaikan. Padahal, waktu itu sama seperti pedang, kalau kalian tidak menggunakan pedang itu selayaknya, maka pedang itu bisa memotong, bisa membunuh kalian,” ucapnya.
Menurut Kyai Miftach, hati orang yang sedang mati akan cenderung miskin amal kebaikan, kecuali ia bisa menghidupkan kembali hatinya.
“Di dunia ini kesempatan kita untuk bercocok tanam. Nabung amal ya saat kita masih berada di dunia ini,” jelasnya.
Kyai Miftach mengatakan bahwa Islam memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi kita untuk melakukan amal kebaikan. Tinggal, kita mau memanfaatkannya semaksmimal mungkin atau tidak.
Kyai Miftach mencontohkan, “Tidak punya uang untuk sedekah, misalnya, bisa dengan dengan mengingatkan sahabat yang lupa akan amal dan kebaikan, itu juga sedekah. Membuang kotoran atau kayu yang menghalangi jalan agar memudahkan saat orang saat lewat di situ, juga sedekah.”
Adapun tanda hati sedang mati yang kedua adalah ketika seseorang tidak menyesali perbuatannya dari dosa.
“Melakukan dosa sama sekali tidak menyesal,” jelas Kyai Miftach.
Hati adalah unsur paling penting dalam diri manusia. Karena itu, jangan membiarkan hati itu mati. Justru hati seharusnya menjadi sarana untuk melakukan amal kebaikan sebagai bekal menuju kehidupan akhirat, pungkas Kyai Miftach.***
Sumber Teks & Foto: NU Online
