JENDELAISLAM.ID – Jarum jam menunjukkan pukul 00.30 Waktu Arab Saudi (WAS). Para jamaah haji Indonesia dari kloter delapan embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG-08) tiba di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) dan mulai masuk ke dalam bus yang telah disediakan oleh Wukala untuk diantar menuju hotel di Madinah.
Namun, ada satu jamaah yang tertahan saat turun dari bus karena tidak dapat menemukan paspornya. Ternyata, tas selempang yang berisi paspornya tertinggal di asrama haji embarkasi.
Namanya Bagas (32), seorang pria dari Tangerang yang tetap tenang meskipun kehilangan paspornya.
“Saya melihat bahwa petugas bekerja dengan baik. Jika mereka mengikuti prosedur dengan benar, tas paspor saya akan kembali,” jelasnya kepada petugas di Bandara Amir Muhammad Bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah, pada Rabu (15/5/2024).
Bagas menceritakan kepada petugas bagaimana tasnya tertinggal. Ia menjelaskan bahwa ia sedang membantu jamaah lain, sehingga tas yang diletakkan di sampingnya terlupakan.
“Saya sedang membantu Ibu saya dan jamaah lainnya, ketika saya menyadari bahwa tas saya tertinggal, saya mencoba turun. Namun, maskapai penerbangan mengatakan bahwa tas saya akan disampaikan,” tambahnya.
Sebagai seorang yang bekerja sebagai pengatur lalu lintas udara, Bagas yakin bahwa tasnya tidak akan hilang.
“Saya yakin bahwa petugas haji akan menemukannya,” ungkap Bagas.
Ketika ia tidak dapat menemukan paspornya dan menunjukkannya kepada petugas Wukala Arab Saudi, petugas justru memberinya dukungan dan menenangkannya.
“Jangan khawatir, kita akan mencarinya,” kata petugas haji kepada Bagas.
Sambil menunggu kedatangan tasnya, Bagas menceritakan bahwa ia menggantikan ayahnya untuk menemani ibunya berhaji.
Ayahnya seharusnya berangkat pada tahun 2020, tetapi karena pandemi covid-19, perjalanan haji ayahnya ditunda.
Tahun ini, ketika waktunya tiba, ayahnya tidak dapat berangkat karena sakit, dan meminta Bagas untuk menggantikannya.
“Proses penggantian sangat mudah, dengan bantuan dari Kementerian Agama dan KBIH, saya dapat menggantikan peran ayah saya untuk menemani ibu,” jelas Bagas.
Bagas juga mencatat bahwa layanan haji sangat baik, dari pra-keberangkatan haji, hingga saat di embarkasi dan kedatangan di Bandara.
“Saya belum pernah melakukan umrah atau haji sebelumnya. Tetapi, saya melihat bahwa para jamaah yang lebih tua atau yang membutuhkan perhatian khusus dilayani dengan baik. Petugas haji sangat ramah, mereka yang membutuhkan kursi roda diberi prioritas, dan pelayanan yang ekstra diperlukan,” ungkap Bagas.
Tidak lama kemudian, penerbangan berikutnya tiba, dan tas paspor Bagas yang tertinggal juga datang bersama jamaah haji Indonesia lainnya.
Senyum terukir di wajah Bagas, karena kini ia dapat bergabung kembali dengan ibunya yang telah lebih dulu diantar ke hotel di Madinah.***
Sumber Teks & Foto: Kemenag
