JENDELAISLAM.ID – Pada penyelenggaraan ibadah haji 1445 H/2024 M, pemerintah menerapkan skema murur (melintas) dalam pergerakan jamaah Indonesia dari Arafah ke Mina untuk pertama kalinya.
Murur adalah mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah. Saat melewati area Muzdalifah, jamaah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina.
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, optimistis, kebijakan ini dapat berjalan dengan baik. Hal ini disampaikan Menag usai meninjau persiapan murur di Maktab 98 Arafah, pada Sabtu (15/6/2024) pukul 17.30 Waktu Arab Saudi.
“Tadi saya mengunjungi beberapa maktab untuk memastikan skema murur dapat berjalan dengan baik. Alhamdulillah yang saya lihat relatif tertib. Insyaallah lancar,” ujar Menag Yaqut.
Menag menyaksikan jamaah lansia, jamaah risti, jamaah disabilitas mendapatkan pelayanan yang baik dari petugas. Transportasi bus untuk jamaah murur juga sudah berdatangan, dan sebagian sudah naik untuk murur.
Sebelumnya, skema ini diberlakukan untuk mengatasi kepadatan jamaah haji saat mabit di Muzdalifah. Selain itu, juga menghindari potensi mudharat yang besar akibat membeludaknya jamaah yang tak sebanding dengan area yang tersedia di Muzdalifah.
Rencananya, skema murur ini akan diikuti oleh 25% jamaah haji Indonesia atau sekitar 55 ribu orang. Mereka yang akan diprioritaskan ikut dalam skema murur ini adalah para jamaah dengan risiko tinggi (risti), lanjut usia (lansia), disabiltas, serta para pendamping lansia.
Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah, Hilman Latief, menilai kebijakan murur ini berlangsung sesuai rencana.
“Hingga pukul 21.00 WAS ini, sekitar 40 ribu jamaah murur sudah kita berangkatkan. Insyaallah sesuai rencana, pukul 22.30 WAS sudah selesai 55 ribu jemaah. InsyaAllah tidak ada kendala,” tutur Hilman.***
Sumber Teks & Foto: Kemenag
