JENDELAISLAM.ID – Rokiah Adkur Aspinah (63) tak bisa menahan tawanya. Dia tertawa kecil mendengar gurauan tiga teman sekamarnya, Masirah Masturi Acha, Siti Rohimah Yusuf Nasiran, dan Rusmiah Sulaiman Abdullah. Keempat perempuan lansia itu saling menggoda, bahkan Rokiah yang hanya bisa duduk di tempat tidur karena saraf terjepit pun tak lepas dari candaan mereka.
“Kami saling membantu, selalu mengingatkan, bahkan kadang julid, tapi kami saling membahagiakan,” ujar Rusmiah sambil terkekeh, saat ditemui di kamar Hotel Harmes, Makkah, tempat mereka menginap pada Sabtu (8/6/2024).
Keempatnya yang berusia hampir sebaya kebetulan ditempatkan dalam satu kamar. Mereka adalah jamaah haji kloter PLM-03 dari Palembang, Sumatera Selatan.
Rokiah mengaku, kehadiran tiga temannya yang sebaya membuatnya bahagia. Apalagi, Rokiah terkena saraf terjepit sesaat sebelum berangkat yang membuatnya tidak bisa bergerak dengan leluasa.
Saat dia kesulitan, ketiga temannya itu membantu, mulai dari mengambil barang yang tinggi hingga mengingatkannya untuk minum obat. Rokiah berangkat sendiri karena suaminya sudah meninggal. Sementara, ketiga temannya ditemani suami masing-masing.
“Saya sendirian. Sebelum berangkat, saya baik-baik saja. Tiba-tiba, saya kena saraf terjepit. Sempat ragu untuk berangkat, tetapi anak saya meminta saya tetap pergi karena kapan lagi ada kesempatan,” ujar Rokiah yang mendaftar haji sejak 12 tahun lalu.
Selama di tanah suci, Rokiah baru satu kali umrah, yaitu umrah wajib. Itu pun tidak bisa mendekat ke Ka’bah karena ia didorong dengan kursi roda. Dalam hatinya, ia ingin menyentuh dinding Ka’bah, tapi sadar bahwa keterbatasan fisik membuatnya tidak mungkin melakukannya.
“Alhamdulillah, sudah bisa lihat Ka’bah. Saya dari lantai 2 saja,” kata ibu tiga anak itu.
Berhaji tanpa pendamping membuat Rokiah mengandalkan tenaga kesehatan untuk mendampinginya beribadah. Seperti saat masuk ke Raudhah di Masjid Nabawi, Madinah. Di tempat yang disebut Taman Surga itu, Rokiah menengadahkan tangan, berdoa memohon kesehatan untuk dirinya dan kesuksesan bagi anak-anaknya.
Meski tengah diuji dengan rasa sakit, Rokiah tetap tenang dan bahagia. Teman-teman sekamarnya menghibur hatinya. Teman sekamar bukan hanya sebagai penghibur saat jauh dari keluarga, tapi juga pendamping bagi yang sakit. Mereka saling mengingatkan jika ada yang lupa minum obat, misalnya.
“Bukan hanya Rokiah, saya juga sering diingatkan,” ucap Rohimah sambil menunjukkan plastik penuh obat di sisi ranjangnya.
Dokter Kloter PLM 03, Ramona Fitri Muhammad, mengatakan tim kesehatan dan Ketua Kloter PLM 03, Saefudin, menerapkan sistem buddy di kloter mereka. Jamaah haji diajak lebih peduli kepada teman sekamar sehingga jika ada masalah, rekan sekamarlah yang lebih banyak berperan.
Menurut Ramona, laporan pertama tentang jamaah sakit seringkali didapat dari sesama jamaah, sehingga tim kesehatan bisa cepat bertindak.
“Alhamdulillah, jamaah haji kami yang sakit bisa cepat tertangani. Meski ada yang sempat dibawa ke KKHI, tetapi sudah sembuh dan bisa bergabung dengan kloternya di puncak haji,” kata Ramona.
Ramona, Saefudin, dan timnya juga rutin mengunjungi jamaah untuk menanyakan kabar dan kesehatannya. Pendekatan personal ini juga efektif untuk menyosialisasikan berbagai program atau aturan dalam ibadah haji. Seperti soal murur, sejauh ini belum ada penolakan dari jamaah.
“Kami terus melakukan sosialisasi dan alhamdulillah sejauh ini belum ada penolakan dari jamaah,” kata Saefudin.
Kedatangan para petugas haji selalu disambut riang oleh keempat nenek itu. Mereka merasa berhaji adalah kegembiraan. Meski jauh dari keluarga dan usia tak lagi muda, mereka menemukan keluarga baru di antara petugas dan teman-teman sekamar.
“Alhamdulillah, senang sekali dapat keluarga baru,” kata Rokiah.
Bagi Rokiah, keterbatasan tak lagi terasa menyiksa saat ada sahabat terbaik di sisinya.***
Sumber Teks & Foto: Kemenag
