Pesantren sebagai Benteng Terakhir Pendidikan Agama: Pesan KH Miftachul Akhyar untuk Generasi Penerus

Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menyatakan bahwa pesantren merupakan benteng terakhir pendidikan agama bagi generasi penerus. Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menyatakan bahwa pesantren merupakan benteng terakhir pendidikan agama bagi generasi penerus.

JENDELAISLAM.ID – Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menyatakan bahwa pesantren merupakan benteng terakhir pendidikan agama bagi generasi penerus. Ia mengungkapkan bahwa sistem pendidikan pesantren sudah ada sejak zaman Rasulullah saw dan kemudian diikuti oleh Wali Songo di Nusantara.

KH Miftachul Akhyar mengungkapkan bahwa pada masa Rasulullah Saw, ada sahabat Abu Hurairah yang belajar di pesantren Rasulullah dan diikuti oleh berbagai teman dari mancanegara. Jumlah mereka berkisar antara 70 hingga 400 orang.

Menurut KH Miftachul Akhyar, para santri tersebut ditempatkan di ash-Shuffah atau serambi Masjid Nabawi yang berada di bagian belakang masjid. Mereka yang tinggal di sana adalah orang asing yang tidak memiliki rumah atau kerabat.

Hidup mereka sepenuhnya bergantung pada Rasulullah, tanpa membawa bekal materi dunia dan hanya berbekal pakaian yang mereka kenakan. Mereka hidup sederhana dan hanya fokus pada ibadah dan pembelajaran agama.

Kedekatan mereka dengan Rasulullah tidak hanya memberikan bimbingan rohani, tetapi juga membuat mereka menjadi periwayat hadits terkemuka.

Orang-orang munafik bahkan mengira bahwa mereka adalah orang-orang kaya yang tidak membutuhkan uang dan materi dunia karena mereka tidak pernah bekerja.

Namun, pasrah dan keistiqamahan mereka membawa kesuksesan di masa depan. Abu Hurairah, misalnya, akhirnya menjadi gubernur di Bahrain dan menjadi orang yang kaya raya.

Oleh karena itu, KH Miftachul Akhyar menyarankan kepada masyarakat untuk mengirimkan putra-putrinya ke pesantren tanpa khawatir terhadap rizki dan masa depan mereka.

Menurutnya, orang tua seharusnya khawatir jika anak-anak mereka tidak mendapatkan pendidikan agama di pesantren, karena itu akan menjauhkan mereka dari nilai-nilai agama di masa depan.***

Sumber Teks: NU Online & Foto: Youtube/PWNU Lampung