JENDELAISLAM.ID – Rais Syuriah PBNU, KH. Abdul Ghofur Maimoen, menyebut teladan dari Rasulullah kepada umatnya, yaitu sikap saling memafkan, dan sikap menghargai perbedaan dan keragaman.
Gus Ghofur, sapaan akrab KH. Abdul Ghofur, menyampaikan hal ini pada acara Halal Bihalal MUI di Hotel Grand Sahid Jaya pada Selasa (07/05/2024).
“Semasa hidup, banyak orang yang memusuhi dakwah Nabi SAW. Meski banyak orang membencinya, Nabi SAW tidak pernah mendendam dan tetap menghargai musuh-musuhnya,” jelas Gus Ghofur.
Menurut Gus Ghofur, keberagaman yang ada di Indonesia seperti perbedaaan suku, ras, dan agama, juga terjadi pada masa Rasulullah. Dan Rasulullah SAW mampu menyikapi ragam perbedaan dengan baik.
Contohnya, adalah ketika Nabi mengangkat Bilal bin Rabah sebagai muadzin pertama dalam Islam. Padahal saat itu, kasta dalam masyarakat Arab sangat kental, apalagi jika melihat latar belakang Bilal sebagai budak dari Afrika, beber Gus Ghofur.
Tentu saja, keputusan Rasulullah ini tidak lazim saat itu. Namun, Rasulullah SAW justru memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang tanpa memandang ras dan etnis.
“Kalau bangsa ini mempraktikkan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, persatuan dan kemajuan bangsa akan mudah dicapai,” lanjutnya.
Pesannya adalah perbedaan yang ada, jangan sampai menjadi pemicu perpecahan. Kita harus bisa menerima perbedaan yang ada, sekaligus bisa saling memaafkan dan bersilaturahim, imbuh Gus Ghofur.
Oleh karena itu, Gus Ghofur menegaskan bahwa halal bihalal yang bertemakan “kebangsaan” ini merupakan upaya meneladani Rasulullah. Indonesia yang terdiri dari berbagai ras, suku, dan agama perlu memperkuat sikap saling menghargai dan memaafkan.***
Sumber Teks & Foto: MUI
