Awas Bahaya Perilaku Jarkoni!

JENDELAISLAM.ID – Tahukah Anda apa itu jarkoni?

Jarkoni adalah ungkapan bahasa Jawa dari “bisa ngajar, ora bisa ngelakoni”.  Kemudian di-akronim-kan menjadi “jarkoni”. Maksudnya adalah orang yang bisa ngajar/bertutur kata, berceloteh, namun tidak bisa ngelakoni (baca: menjalankan) apa yang diucapkan.

Orang tersebut pintar bersilat lidah, fasih mengeluarkan petuah-petuah suci, argumentasi hebat, namun perbuatannya tak selaras dengan apa yang terlontar dari lisannya.

Dalam realitasnya, memang banyak orang yang demikian. Lihat saja di sekeliling kita. Banyak orang demikian lincah berpetuah. Apalagi ia punya background pendidikan tinggi yang menunjang. Punya sederet pengalaman mumpuni.

Apabila berkata senantiasa berbusa-busa, pandai mengeluarkan segudang dalil apalagi ditambah dengan penampilan yang relijius.

Sayangnya, antara kata dan perbuatan kerap tak selaras. Tak seirama. Bahkan kata yang terlontar itu kerap mengelabui banyak orang. Terutama jika sudah merembet pada kepentingan pribadi.

Dalil/argumen yang ia gembar-gemborkan seakan berlaku untuk orang lain, sebaliknya untuk diri sendiri tidak demikian adanya.

Kenapa demikian? Karena apa yang disuarakan tak murni datang dari hati yang dalam, melainkan datang dari unsur kepentingan. Sehingga argumentasi atau dalil pun bisa dibolak-balik sedemikian rupa sesuai dengan kepentingan diri sendiri. Menguntungkan secara material/immaterial, ataukah tidak. 

Pada dasarnya, kata yang keluar dari orang yang bermental jarkoni, ini tak ada makna. Karena kata seakan-akan bisa dimainkan.  Dan orang yang punya karakter seperti ini, maka akan sulit dipercaya. 

Fenomena orang dengan karakter seperti ini pernah disinggung dalam kalam-Nya, “Itu sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu kerjakan” (QS. as-Shaff: 3).

Di akhirat, para pelaku jarkoni juga terancam mendapat sanksi berat. Rasulullah SAW memberikan warning keras kepada para pelaku bahwa kelak mereka akan mendapat siksaan berat.

Sebagaimana dikisahkan dalam hadits yang artinya:

“Pada malam Isra’, kulihat sekelompok manusia yang bibir mereka dikoyak-koyakkan oleh gunting-gunting terbuat dari api.” Aku bertanya, “Siapa kalian?” Dan mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang menyerukan perbuatan kebaikan, tetapi kami sendiri tidak mengerjakannya dan juga melarang perbuatan kejahatan, tetapi kami sendiri mengerjakannya” (HR. al-Bukhari). 

Mengerikan bukan?

Dus, jika ucapan kita mau didengar orang lain, tentu tak sekadar kata yang terlontar. Mesti dibarengi dengan perilaku yang sesuai. Bicara tentang kebaikan, maka akan jauh lebih mengena apabila perilaku orang yang mengatakan sudah menunjukkan kebaikan.

Alangkah celakanya, kita bicara kebaikan, tapi attitude kita malah mempertontonkan keburukan atau kejahatan. Hal yang kontradiktif antara kata dan perbuatan menjadikan orang sebagai lelucon/guyonan belaka. Semoga kita semua terhindar dari perilaku tak mulia tersebut.***

Sumber Foto: Pixabay/Mohammaed_Hassan