JENDELAISLAM.ID – Mungkin kita berpikir bahwa shalat sunnah sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah sangat penting. Sehingga ketika ada seseorang yang memanggil untuk suatu keperluan mendadak, tak terkecuali panggilan ibu, kita boleh abai sementara. Tapi ini justru keliru.
Tak salah memang menyibukkan diri dengan shalat sunnah. Akan tetapi, ada saatnya kita menghentikan shalat barang sejenak ketika ibu memanggil. Bisa jadi, itu adalah panggilan yang sangat penting.
Shalat sunnah memang terpuji, namun statusnya tetap sunnah. Sementara menjawab panggilan ibu adalah kewajiban. Tak mengapa menghentikan ritual sunnah terlebih dahulu untuk menjawab panggilannya. Toh, ritual sunnah itu bisa kita lakukan setelah memenuhi hajat orang tua yang kebetulan tengah memanggil saat kita sedang menjalankan shalat sunnah.
Dengan demikian, kita tetap bisa mendapatkan dua nilai plus sekaligus. Pertama, berbakti kedua orang tua dengan cara menjawab panggilan ibu dan memenuhi yang menjadi keperluannya. Kedua, tetap bernilai karena menjalankan ritual sunnah setelah memenuhi panggilan dan keperluan orang tua.
Ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam al-Ahqaf: 15, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua tua (ibu bapaknya), ibunya mengandungnya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan…”
Kisah di bawah ini, patut jadi renungan bersama.
Enggan Beranjak dari Surau
Alkisah, dulu ada seorang pemuda Bani Israel yang ahli ibadah. Tiap hari menyendiri di surau. Pemuda ini bernama Juraij. Ia enggan beranjak dari suraunya bila tak ada keperluan yang benar-benar penting.
Seperti biasa, tiap hari ia terus melakukan shalat sunnah dan dzikir. Tetiba ibunya memanggil, “Juraij… Juraij… kemarilah!”
Juraij bimbang dan bertanya dalam hati, “Ya Allah ya Rabbi, manakah yang aku dahulukan, memenuhi panggilan ibuku ataukah meneruskan shalatku?”
Lelaki itu tak mau membiarkan kebimbangan berlama-lama. Ia memilih untuk meneruskan shalat. Karena tak ada sahutan, ibunya pulang dengan kesal.
Keesokan harinya, saat Juraij tengah mengerjakan shalat, ibunya kembali ke tempat itu dan memanggilnya, “Juraij… Juraij… kemarilah!”
Dalam hati, Juraij kembali bertanya-tanya, “Ya Allah, lagi-lagi ibuku datang saat aku shalat. Ya Allah, manakah yang harus aku dahulukan, memenuhi panggilan ibuku ataukah tetap meneruskan shalatku?”
Juraij tetap dalam pendiriannya. Ia meneruskan shalatnya. Lusanya, sang ibu kembali mendatanginya dan memanggil-manggil namanya, “Juraij… Juraij… kemarilah, Nak!”
“Ya Allah, manakah yang aku dahulukan, memenuhi panggilan ibu ataukah meneruskan shalatku?” batin Juraij itu.
Opsi terakhir kembali diambil, lelaki itu meneruskan shalat seperti hari-hari sebelumnya.
Karena beberapa kali panggilannya diabaikan, sang ibu kesal sekali. Dalam kekesalan itu, sang ibu sempat berujar, “Ya Allah, janganlah Engkau mematikan Juraij sebelum dia dipermalukan oleh wanita pelacur.”
Menerima Ujian
Juraij dikenal sebagai orang yang sangat rajin beribadah. Banyak orang tahu tentang keshalehannya. Namun, kali ini ia kena batunya. Kekesalan sang ibu yang pernah terlontar beberapa waktu silam benar-benar menjadi kenyataan.
Suatu hari, datanglah seorang pelacur. Parasnya cantik dan menawan. Di hadapan orang-orang Bani Israel, wanita itu berkata, “Jika kalian mengijinkan, aku dapat menjatuhkan nama baiknya (Juraij) guna menguji keimanannya.”
Mereka tercengang, apa maksud kedatangan pelacur itu sehingga mendadak ingin menguji keimanan Juraij, sang ahli ibadah di kampungnya. Sementara mereka belum mengerti, pelacur itu beranjak menuju tempat Juraij. Ia mencoba merayunya, namun Juraij tak sedikit pun terpengaruh.
Wanita itu tak kehilangan akal. Ia jumpai penggembala ternak yang kebetulan lewat di jalan menuju arah surau Juraij. Penggembala itu diajaknya berbuat mesum hingga membuat pelacur itu hamil.
Setelah sang anak lahir, lagi-lagi wanita pelacur itu membuat ulah dengan mengatakan kepada kalangan Bani Israel bahwa bayi yang dilahirkannya merupakan hasil hubungan gelapnya dengan Juraij.
Mereka terkejut oleh pengakuan sang pelacur. Betapa tidak, sosok yang sangat shaleh tetiba melahirkan seorang anak di luar nikah. Sungguh sangat memalukan.
Pengakuan wanita pelacur itu dipercayai begitu saja oleh mereka. Emosi memuncak. Amarah meluap-luap. Sejurus kemudian, mereka menggerebek Juraij dan menyeretnya keluar dari surau. Mereka tak hanya merobohkan surai Juraij, tetapi juga memukuli lelaki naas tersebut bertubi-tubi.
“Kenapa kalian berbuat demikian terhadapku?” tanya Juraij yang tak tahu alasan mereka memukulinya dan merobohkan surau tempat ibadahnya.
“Engkau telah berbuat zina dengan wanita pelacur ini hingga ia melahirkan bayimu,” jawab mereka.
“Di mana bayi itu?” tanya Juraij.
Salah seorang mereka kemudian membawa bayi tersebut ke hadapan Juraij. “Tunggu sebentar! Ijinkan aku mengerjakan shalat sejenak!” pinta Juraij.
Seusai mengerjakan shalat, Juraij menghampiri bayi itu. Ia menekan bagian pusar dari perut si bayi, lantas bertanya, “Hai Nak, siapakah sebenarnya ayahmu?”
Sungguh ajaib, bayi itu bisa menjawab, “Aku adalah anak si penggembala ternak.”
Mendengar keajaiban tersebut, orang-orang yang menyaksikan langsung menghampiri Juraij, menciumi dan memohon maaf kepadanya.
“Kami akan membangun kembali suraumu itu dengan bahan dari emas,” kata mereka.
“Tidak, tidak,” jawab Juraij.
“Dirikanlah surauku dengan bahan sebagaimana semula.”
Dari kisah di atas, setidaknya menunjukkan kepada kita semua bahwa menjawab panggilan ibu (orang tua), sebaiknya diutamakan daripada shalat sunnah. Sebab Nabi sendiri pernah berucap, “ridhallah fi ridha al-walidain” artinya keridhaan Allah sangatlah ditentukan oleh keridhaan dari kedua orang tua.
Perlu diketahui, doa orang tua itu mustajab. Kata Rasulullah SAW di dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, “Ada tiga doa yang tidak bakal ditolak oleh Allah SWT, (yaitu) doa orang tua kepada anaknya, doa orang yang teraniaya, dan doa seorang musafir”***
(Diadaptasi dari salah satu kisah di buku Abu Nawas & Telur Unta, Imam Musbikin, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2004).
Sumber Foto: Pixabay/valentinusardo5
