Para Perempuan yang Diabadikan di dalam al-Qur’an

JENDELAISLAM.ID – Sepucuk surat dijatuhkan burung Hudhud tepat di dada Balqis. Perempuan itu kaget bukan kepalang bercampur dengan takut. Surat dari Sulaiman itu berisi ajakan   untuk meninggalkan keyakinan lamanya, yakni menyembah matahari, kemudian memeluk agama tauhid.

Karuan saja, seisi kerajaaan Saba’ ribut.  Mereka mengusulkan perang terbuka, namun opsi ini tidak diambil oleh Balqis. Penguasa Saba’ ini  lebih memilih jalan damai dengan memberikan hadiah mahal kepada Sulaiman agar membiarkan penduduk Saba’ tetap pada keyakinannya.

Pertemuan pun terjadi. Rupanya Balqis terpesona dengan keindahan singgasana Sulaiman. Lebih-lebih saat menapak lantai kaca istana yang bak sungai yang jernih nan cantik. Karena takjub akan kuasa Tuhan yang dianugerahkan kepada Sulaiman, lalu ratu tersebut berikrar mengikuti Tuhan Sulaiman, meninggalkan penyembahan matahari. Kisah takluknya Ratu Balqis di hadapan Sulaiman ini diabadikan di dalam QS. an-Naml.

Itulah satu kisah dari 14 kisah perempuan yang diceritakan dalam al-Qur’an.  Selain Balqis, 13 perempuan lain yang kisahnya abadi di sepanjang waktu juga diterangkan di bagian pertama buku ini. Mereka adalah Hawa (isteri Adam AS), Isteri Nuh AS, Sarah (isteri Ibrahim AS, ibu Ishaq AS), Hajar al-Mishriyyah (isteri Ibrahim AS, ibu Ismail AS), isteri Luth AS, Zulaikha, Rahmah (isteri Ayub AS), Yokabed (ibu Musa dan Harun AS), Maryam (saudari Musa dan Harun AS), Shafurah (isteri Musa AS), Asiyah (isteri Fir’aun, ibu angkat Musa AS), Elisabet (isteri Zakaria AS, ibu Yahya AS), Maryam (putri Imran dan putranya Isa al-Masih AS).

Judul Buku     : Perempuan-perempuan al-Qur’an

Judul Asli        : Nisha’ fi Hayat al-Anbiya’

Penulis            : Fathi Fawzi Abdul Mu’thi

Penerbit         : Zaman, Jakarta

Tebal Buku     : 416 halaman

Di antara mereka sebagian besar patut diteladani untuk umat di dunia, misalnya Sarah, Yokabed, Elizabet, dan Maryam (ibu Isa), serta Asiyah adalah ibu-ibu yang luar biasa yang mencurahkan cinta dan kasih sayangnya kepada putra-putra mereka. Tetapi sebagian lagi (isteri Nabi Nuh AS dan isteri Nabi Luth AS yang dua-duanya berkhianat kepada suaminya dan menolak beriman kepada Allah SWT) adalah contoh buruk bagi manusia. Ke-14 perempuan itu tertoreh  dalam lembaran sejarahnya masing-masing, baik yang putih (baik) maupun yang hitam (buruk).

Adapun bagian kedua buku ini mengisahkan para perempuan hebat di balik turunnya ayat-ayat al-Qur’an. Kita diajak menyaksikan detik-detik turunnya wahyu saat memberikan jawaban, bantahan dan solusi nilai atas dinamika kehidupan generasi muslimah awal. Dilengkapi data-data historis dan riwayat tepercaya, kita tidak hanya disuguhi bagaimana al-Qur’an menjawab problem-problem umat, baik menyangkut pernikahan, waris, kepemimpinan perempuan, tapi juga keteladanan iman dan akhlak dari generasi Nabi SAW.

Disuguhkan dengan gaya bahasa liris dilengkapi dialog-dialog dengan hidup, membuat kita seakan melihat tayangan kehidupan  para perempuan yang mewarnai perjalanan Islam di awal perkembangannya.

Tak salah, buku karya Fathi Fawzi Abdul Mu’thi ini sarat dengan pelajaran hidup.  Sangat bermanfaat bagi kita yang mau memetik hikmahnya.***

Foto: HM