Hoja dan Jamuan Makan

JENDELAISLAM.ID – Saat musim panas tiba, salah seorang tetangga Hoja mengadakan jamuan makan. Di antara keramaian itu, para undangan berkata pada Hoja, “Mari kita buat satu kesepakatan, jika kamu dapat mengalahkan kami, maka kami akan membuat jamuan untukmu: nasi, kue manis, dan terserah maumu. Sebaliknya, jika kamu yang kalah, maka kamu yang harus menyediakannya untuk kami.”

“Apa syaratnya? Katakanlah agar aku bisa mengetahui apakah aku dapat melakukannya?” tanya Hoja.

“Kamu berdiri di tengah lapangan kampung sampai pagi, dan kami akan menemuimu di masjid raya, namun harus jelas tidak ada tanda-tanda nyala api yang bisa menghangatkan tubuhmu. Inilah syarat kami malam ini. Perlu kamu ingat bahwa ada dua rumah yang  mengarah ke lapangan, mereka akan mengawasimu dengan penerangan lampu sampai pagi.”

“Walaupun banyak orang mengawasiku aku tidak peduli. Aku akan laksanakan syaratnya,” jawab Hoja tegas.

“Pikirkan dulu matang-matang! Sebab aku khawatir kau akan mati kedinginan. Jika kamu ingin berwasiat atau punya hutang, lunasilah dan sebutkan wasiatmu agar kami bisa melaksanakan.”

“Aku akan tunjukkan kemampuanku pada kalian. Di kampung ini tak ada serigala atau perampok, jadi aku tidak perlu berwasiat dan tak seorang pun yang kukhawatirkan.”

Akhirnya jadilah kesepakatan tersebut. Maka malam itu juga, Hoja berdiri di tengah lapangan sampai pagi tanpa ada kekhawatiran sedikit pun. Pagi menjelang, orang-orang masih melihat ketegaran Hoja. Dan Hoja pun tidak tampak kedinginan seperti yang mereka perkirakan.

Karena panasaran, mereka  bertanya tentang apa yang telah terjadi selama Hoja berada di situ.

“Aku tidak mendengar apa-apa kecuali suara dedaunan dan desiran angin. Aku juga melihat cahaya dari jarak satu mil dari kejauhan tampak seperti lampu,” jawab Hoja.

Begitu mendengar jawaban Hoja, spontan mereka menyangkal.

“Tidak. Tidak. Kesepakatan kita adalah tidak boleh adanya cahaya apa pun dan tampaknya engkau merasa hangat berarti kamu sudah melanggar syarat,” kata salah seorang.

Yang lain pun mendukung apa yang diucapkan temannya. Oleh karena itu, mereka memutuskan bahwa Hojalah yang harus menjamu mereka. Hoja berusaha meyakinkan mereka, namun mereka tidak yakin. Mendengar pun tidak.

Akhirnya Hoja berkata, “Baiklah, tidak apa-apa aku yang akan menjamu kalian.”

Maka di suatu malam yang telah ditentukan, Hoja mengundang mereka untuk makan malam. Mereka pun datang memenuhi undangan Hoja. Mereka duduk menunggu saat makan malam tiba. Dua jam berlalu tapi hidangan makanan yang ditunggunya belum kunjung tiba.

“Mana makanannya? Kami sudah lapar. Keluarkan saja apa yang kau punya!” para tamu menanyakan.

“Tidak bisa begitu. Sabar saja sebentar,” jawab Hoja.

Mereka kembali menunggu hingga waktu menunjukkan jam enam lewat. Para undangan berdiri semua. Mereka minta makanan segera dihidangkan.  Hoja keluar seperti ingin menghidangkan makanan. Mereka masih menanti dengan sabar tapi Hoja malah menghilang. Mereka saling pandang satu sama lain.

“Lihatlah, ia sudah mempermainkan kita! Bangkitlah, mari kita cari keberadaannya!” kata salah seorang.

Akhirnya mereka bangkit dan mencari Hoja di dapur. Namun mereka tidak menemukannya. Mereka keluar menuju halaman rumah untuk mencarinya, namun yang mereka temukan hanyalah panci di atas pohon dan kuali di atas tanah yang diikat. Sementara itu, Hoja berdiri di depan panci tidak bergerak.

“Kau sudah keterlaluan Hoja. Kau biarkan kami kelaparan seperti ini. Apa yang kau lakukan?”

“Aku memasak untuk kalian dengan tanganku sendiri, apakah kalian tidak tertarik?”

“Kau menggantung panci di atas pohon dan kau menaruh tungku kecil di bawahnya, apakah panci itu dapat dipanasi oleh tungku yang kecil?”

Hoja langsung menjawab, “Betapa cepatnya kalian lupa. Aku pernah berkata kepada kalian tiga hari yang lalu bahwa aku melihat api pada jarak yang sangat jauh, dan menurut kalian, aku merasakan hangat dari api itu. Apabila orang dapat merasa hangat dari cahaya lampu yang jauh, bukankah lampu yang jauhnya satu depa dapat memanasi panci?”

Mereka pun terdiam. Tak bisa lagi mendebat jawaban Hoja.***

Sumber Foto: Pixabay/Coernl