Kisah Pertemuan Malik bin Dinar dan Seorang Hamba yang Mustajabah Doanya

JENDELAISLAM.ID – Sudah lama, kemarau panjang melanda wilayah Bashrah. Karena hujan belum juga tiba, penduduknya menunaikan shalat istisqa’ (shalat minta hujan) di lapangan. Di antara mereka ada Malik bin Dinar dan salah seorang sahabatnya yang saleh, namun tetap saja hujan tak kunjung turun. Penduduk Bashrah berulang kali menunaikan shalat istisqa’, namun belum ada hasilnya.

Sampai suatu ketika, Malik bin Dinar dan sahabatnya melangkahkan kakinya ke masjid. Keduanya duduk di sana dengan perasaan sedih linglung. Tiba-tiba seorang budak hitam berperawakan kurus dan mengenakan pakaian yang tipis masuk ke masjid tanpa melihat keberadaan mereka.

Dia menunaikan shalat dua rakaat lalu menengadahkan kedua tangan dan menghadapkan wajahnya ke arah langit seraya berkata, “Wahai Tuhanku, berapa lagi hamba-Mu yang merugi karena permohonannya Engkau tolak? Apakah milik-Mu berkurang ataukah simpanan kerajaan dan rahmat-Mu telah habis? Aku bersumpah kepada-Mu demi cinta-Mu kepadaku, turunkanlah hujan kepada kami saat ini juga.”

Sungguh luar biasa. Tak berselang lama, langit menghitam. Mendung berarakan. Selarik kilat muncul di angkasa petanda hujan segera datang. Sejurus kemudian, hujan mengguyur dengan deras. Langit menggerojokkan karunia yang luar biasa yang sudah lama dinantikan warga Bashrah.

Kejadian tersebut membuat Malik bin Dinar dan sahabatnya terkesima. Mereka sungguh  tak mengira, apabila doa si budak hitam di masjid yang dilihatnya di dalam masjid ternyata dikabulkan oleh Allah SWT secepat itu. Karena diliputi rasa penasaran, keduanya pun beranjak dari tempat mereka duduk kemudian menghampiri budak tersebut.

“Nak, apa kamu tidak malu dengan apa yang kamu katakan tadi?” tanya Malik bin Dinar.

“Memangnya tadi aku berkata apa?” budak itu balik bertanya.

“Tadi kamu mengatakan, ‘Aku bersumpah kepada-Mu demi cinta-Mu kepadaku.’ Dari mana kamu tahu bahwa Dia mencintai-Mu?”

“Menyingkirlah dariku, wahai orang yang sibuk dengan dirinya sendiri hingga melupakan Tuhannya. Di mana kamu berada saat Dia mengistimewakanku dengan tauhid dan makrifat-Nya? Tidak tahukah kamu bahwa Dia memberiku anugerah karena kecintaan-Nya terhadapku dan kecintaanku terhadap-Nya?”

Setelah perbincangan singkat itu, si budak beranjak meninggalkan mereka. Malik bin Dinar dan temannya membuntuti dan ternyata dia memasuki rumah pedagang budak. Keduanya masih dibuat penasaran terlebih setelah dialog tersebut. Tampaknya mereka hendak mengetahui lebih jauh tentang jati diri si budak itu.

***

Pagi harinya, Malik bin Dinar pergi ke rumah pedagang budak tersebut. Tuan rumah segera menawarinya budak-budak yang dimilikinya yang jumlahnya mencapai seratusan karena berpikir tamunya akan membeli budaknya. Malik bin Dinar memeriksa satu per satu budak-budak itu. Tetapi ia tidak menemukan budak yang dicarinya, yakni budak hitam yang berdoa minta hujan di masjid.

Melihat tamunya tak mendapati yang diinginkan, tuan rumah tersebut kembali menawarkan, “Aku masih punya budak lain, tapi dia tidak akan berguna bagimu karena pelayanannya tidak bagus.”

Ketika budak yang dimaksud diperlihatkan, Malik in Dinar berkata,  “Ini dia budak yang aku inginkan!”

Karena tertarik dengan  si budak, ia kemudian membelinya dan segera mengajak pergi dari tempat itu.

Di tengah perjalanan, si budak hitam itu malah bertanya, “Wahai tuanku, mengapa Anda membeliku padahal aku tidak bisa melayanimu?”

“Aku membelimu agar aku bisa melayanimu,” jawab Malik bin Dinar.

Rupanya Malik bin Dinar sudah tahu bahwa budak itu bukanlah orang sembarangan. Budak itu adalah orang shaleh. Sebab menurut Malik bin Dinar, tidak mungkin doa si budak di masjid untuk meminta hujan itu dikabulkan demikian cepat, kalau budak tersebut orang biasa-biasa saja. Sementara ia sendiri dan sahabatnya yang shaleh, juga penduduk Bashrah sudah melakukan rangkaian ritual shalat istisqa’ namun hujan tak datang-datang.

Di samping itu, Malik bin Dinar juga merenung ternyata doa si budak hitam tersebut menggambarkan betapa dekatnya si budak hitam selaku pendoa dengan Tuhan yang dimintai doa. Terlebih lagi, ketika si budak itu seakan menyindir dirinya (Malik bin Dinar) yang dikatakan hanya sibuk dengan dirinya sendiri dan melupakan Tuhan. Ini tentu bukanlah perkataan orang sembarangan.

“Apakah kemarin Anda melihatku?” tanya si budak tersebut memecahkan suasana.

“Ya,” jawab Malik bin Dinar.

Si budak itu terdiam sejenak. Keduanya tetap melanjutkan perjalanan hingga sampailah mereka di masjid terdekat. Budak itu meminta izin untuk masuk ke masjid. Dia masuk lalu menunaikan shalat dua rakaat, kemudian berdoa. Dalam doanya, dia berkata, “Duhai Tuhanku! Rahasia di antara kita sudah terbongkar, sehingga kehidupan tidak lagi mengenakkan bagiku. Karena itu, ambillah aku ke sisi-Mu.”

Kemudian budak itu bersujud demikian lama. Lantaran lama sujudnya, Malik bin Dinar mencoba membangunkannya. Budak itu tak bergerak. Ternyata budak itu sudah meninggal dunia. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.

***

Kisah perjumpaan Malik bin Dinar, yang kita kenal sebagai ahli hadits, dengan budak hitam yang misterius, sebagaimana ditulis oleh Dr. Anwar Wardah dalam “Rahasia antara Kita sudah Terbongkar, dalam buku “Aku Ingat Dirimu Saat Aku Lupa Tuhanku” ini mengandung beberapa pelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya.

Pertama, orang shaleh lebih suka melakukan kebaikan demi kebaikan tanpa ingin diketahui jati dirinya. Dia melakukan untuk mendapatkan ridha Ilahi semata. Kecenderungannya melakukan sesuatu adalah untuk kehidupan yang lebih kekal ketimbang memikirkan sesuatu yang remeh-temeh di dunia.

Kedua, kita jangan melihat seseorang itu dari sisi penampilannya, statusnya atau pun segala sesuatu yang kasat mata. Sebab, semua itu tidak mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Di dunia ini, orang yang kita sangka baik, malah tidak sedikit  yang luar biasa kejahatannya dengan tidak menafikan orang yang secara tampilan baik dan juga hatinya juga baik. Begitu pula orang yang kita sangka rendah dan hina, tetapi nyatanya banyak yang jauh lebih baik ketimbang persangkaan kita. Meskipun kita tidak menutup mata, keadaan di luar kadang juga sama dengan kondisi yang sebenarnya.

Sebab, parameter seseorang mulia di sisi Allah SWT adalah dari sisi ketakwaannya (QS. al-Hujurat: 13). Seperti dalam kisah di atas, seorang budak hitam yang dalam strata sosial masyarakat begitu rendah, tanpa dinyana adalah seorang lelaki shaleh yang sungguh luar biasa. Doa-doanya mustajabah, setidaknya doa minta hujan dan doa agar disegerakan diambil nyawanya ketika rahasia antara dirinya dan Tuhannya sudah diketahui oleh Malik bin Dinar.

Ketiga, ungkapan undzur ila ma qala wala tandzur man qala (perhatikanlah terhadap apa yang dikatakan, jangan memperhatikan siapa yang berkata) ada benarnya. Ini sama juga artinya dengan ajakan kita untuk fokus pada substansi pembicaraan, bukan pada orang yang menyampaikan. Meskipun perkataan itu disampaikan oleh seorang budak yang hitam, tetapi isi dari penyampaiannya ternyata mampu membuat Malik bin Dinar merenung lebih dalam. Bahkan setelah memutuskan untuk membelinya,  Malik bin Dinar berniat melayani budaknya.***

Foto: Pexels/Wendy Wei