JENDELAISLAM.ID – Banyak orang ingin berubah dan membuka lembaran baru dalam hidup. Bertekad menancapkan resolusi dengan menyandarkan pada momentum tertentu. Atau menanti waktu yang tepat.
Contoh, “Mulai hari ini, saya akan melakukan rutinitas pagi yang positif untuk memulai hari dengan semangat.” Atau “Saya akan mengubah dan memperbarui hidup ketika hari ulang tahun tiba.”
Orang mengira, faktor yang mengubah hidup ada pada momen tersebut. Berharap, saat itulah, ada jalan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Yang terjadi, justru ia menunda langkah yang sangat penting untuk berubah dan memperbarui hidup karena menganggap situasi atau momentum tertentu akan memicu turunnya energi dari langit. Ia berpikir, kekuatan dan anugerah Tuhan akan datang bersamaan dengan tibanya momen khusus yang dirancangnya itu. Yakin ketika momen itu datang, ia akan menjadi lebih bersemangat, tekun, dan penuh harapan.
Padahal, menurut Syeikh Muhammad al-Ghazali, penulis buku “JaddidHayatak (Perbarui Hidupmu!)”, semua itu hanya ilusi. Sebab, lanjut al-Ghazali, perubahan hidup tidak ditunggu. Tidak datang dengan sendiri, dan tidak ada di luar diri sendiri. Justru, kunci perubahan ada pada diri sendiri. “Kitalah subyek perubahan.”
Perlu diingat! Tiap kali kita menunda untuk memperbaiki diri, tiap kali menunda semangat untuk meningkatkan produktivitas kerja, semakin lama pula keberhasilan diraih, semakin besar kesulitan serta masalah yang mengadang. Semakin lama dibiarkan, semakin mudah kita digoyahkan dan dirontokkan oleh kesulitan. Pada gilirannya, semakin lama kita menunda perubahan, semakin dekat kita dengan kehancuran. Semakin dekat pula kita dengan kegagalan.
Seharusnya, kita menata hidup dari waktu ke waktu, sehingga bisa mengetahui kekurangan, kesalahan, dan penyimpangan yang terjadi, lalu merumuskan rencana jangka panjang dan jangka pendek untuk membebaskan diri dari kekurangan dan kesalahan yang kita lakukan.
Bukankah Allah memberi kesempatan pada kita pada setiap pagi untuk memperbarui kehidupan kita pada siang yang akan kita jalani. Setelah istirahat di hari sebelumnya, kita bergerak kembali bersamaan dengan terbitnya cakrawala.
“Jaddid Hayatak” yang ditulis al-Ghazali ini menggugah potensi terpendam diri kita dan menumbuhkan menjadi kekuatan untuk memperbarui hidup. Bacalah!***
Foto: HM
