Konsep Mahabbah ala Rabiah al-Adawiyah

JENDELAISLAM.ID – Di dunia tasawuf, mungkin sufi yang memperkenalkan ajaran mahabbah (cinta) yang kita kenal adalah Maulana Jalaluddin Rumi, sufi penyair yang lahir di Persia (1207 M-1273 M). Rumi mengenalkan konsep mahabbah melalui syair-syairnya, terutama dalam “Matsnawi”nya.

Namun sesungguhnya, jauh sebelum Rumi, ada seorang sufi wanita yang terkenal pula mengenalkan konsep mahabbah. Dia adalah Rabi’ah al-Adawiyah (95-185 H / 713-801 M). Seorang wanita yang selalu bergolak cintanya kepada Tuhan. Seorang yang selalu ingin dekat dengan Tuhannya, seorang wanita yang telah menanggalkan dirinya guna menyatu dengan Yang Kuasa.

Sang sufi yang pernah terkungkung dalam jerat perbudakan ini mengembangkan konsep mahabbah. Baginya, Tuhan adalah zat yang dicintai dan rasa cinta yang mendalam hanya kepada Tuhan. Bahkan saking cintanya pada Tuhan, Rabiah berujar, “Aku tidak menyembah Allah karena takut akan neraka-Nya, tidak juga karena mengharap surga-Nya. Jika menyembah-Nya karena takut neraka atau mengharap surga, maka aku tak ubahnya buruh berperangai buruk yang bekerja karena rasa takut. Aku menyembah-Nya semata karena mencintai-Nya dan merindukan-Nya.”

Ibadah, bagi Rabiah, merupakan ekspresi cinta dan kerinduan spiritual seorang hamba pada Penciptanya. Dan seseorang yang menyatakan cinta tentulah secara otomatis tak secuil pun akan mendurhakai-Nya.  Dalam cinta ada kemantapan hati, pengagungan, dan penghormatan yang tiada bandingannya.

Karena itu, Rabiah membersihkan hubungan antara hamba dan Tuhan dari pamrih mendapat surga dan harapan dijauhkan dari neraka. Pamrih Rabiah hanyalah dapat sampai kepada Allah, dekat dan dapat menyaksikan-Nya. Dan ketakutannya adalah tidak mendapat ridha Allah, jauh dari-Nya dan ditolak untuk sampai di hadirat-Nya.

Satu kalimat menarik dari Rabiah al-Adawiyah, “Tuhanku, tenggelamkan aku dalam samudera cinta-Mu, hingga tak ada sesuatu pun yang menggangguku dalam jumpa-Mu.”

Melihat kecintaan Rabiah terhadap Tuhannya, sampai-sampai Imam Ghazali menyatakan bahwa yang ada dalam hati Rabiah adalah bukan kecenderungan terhadap surga, melainkan kepada Tuhan pemilik surga.

Buku kecil berjudul “Rabiah al-Adawiyah; Cinta Allah dan Kerinduan Spiritual Manusia” tentang konsep cinta ala Rabiah al-Adawiyah ini patut kita baca agar mendapatkan pencerahan bagaimana mendapatkan cinta-Nya secara sesungguhnya. Cinta yang melahirkan ketaatan  dan mendekatkan seorang hamba kepada Penciptanya.***

Sumber Foto: HM