JENDELAISLAM.ID – Ada satu kisah yang termaktub dalam al-Qur’an itu, bahkan Allah mengajari dengan cara yang unik dan mengagumkan bagaimana manusia harus belajar dari burung gagak untuk mengubur jenazah.
Pasalnya, saat itu, Qabil membunuh Habil, saudara kandungnya sendiri, tapi ia tak tahu harus diapakan jenazah itu. Akhirnya, Allah mengutus burung gagak untuk memberikan contoh bagaimana menguburkan jenazah yang sepantasnya.
Sungguh sebuah kisah yang menggugah bahwa manusia itu tidak selamanya tahu akan apa yang harus diperbuat. Meskipun manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang unggul, mulia dan mumpuni, tetapi dalam beberapa hal, kadang manusia harus belajar dari makhluk lain dan alam semesta.
Keputusan Langit
Habil dan Qabil, dua saudara, berjalan tergopoh-gopoh ke atas bukit. Habil menuntun domba yang gemuk. Sementara itu, Qabil berjalan dengan memanggul gandum yang berwarna hijau, gandum yang masih muda dan bahkan tangkainya masih berpucuk hijau. Keduanya ke atas bukit untuk memenuhi persyaratan penyerahan kurban. Setelah sampai di atas bukit, dua saudara itu pun meletakkan penyerahan kurban tersebut.
Keduanya kemudian menjauh. Dalam hati, Habil berdoa agar Allah menerima kurban yang ia persembahkan. Tak lama kemudian, dari langit, turun kobaran api yang menyala-nyala. Kobaran itu menelan kurban Habil, yang berarti Allah menerima domba persembahannya.
Tapi, gandum hijau yang dibawa Qabil masih teronggok kaku, bahkan seekor burung pun seakan enggan memakan gadum tersebut karena memang masih hijau dan susah dicecap.
Sontak, Habil bersorak gembira, ia senang karena kurban persembahan yang ia bawa telah diterima oleh Allah. Sementara itu, Qabil merengut. Ia berdiri tegak sambil membentangkan kedua tangannya seraya memandang satu titik di angkasa. Ia memendam duka dan dari dalam hatinya terpancar permusuhan. Ia dendam terhadap Habil.
Apalagi, perisitiwa itu menjadi bukti nyata bahwa ia tak dapat membantah lagi perintah Nabi Adam AS, ayahnya, untuk menikah dengan Layutsa. Padahal, ia menginginkan menikah dengan Iklima, yang lahir bareng dengan Qabil. Dan persembahan itulah bukti putusan Allah bahwa Qabil harus menikah dengan Layutsa dan Habil menikah dengan Iklima.
Tapi keputusan langit itu seperti berat diterima Qabil. Maka, dendam di hati Qabil berkecamuk. Dia seperti tidak dapat menerima kenyataan dengan apa yang terjadi. Ia seperti tak terima saat gandum dari hasil pertanian yang dia persembahkan itu, ternyata tidak diterima oleh Allah SWT.
Seketika itu, dendam Qabil terhadap Habil memuncak. Ia direnggut duka, merasa kalah. Ia merasa tersingkir dan terabaikan. Setumpuk rasa kesal seperti berkelebat di ubun-ubun. Pikiran Qabil semakin kalut. Hatinya ditikam murka dan amarah. Dan ia pn hendak membuat perhitungan dengan Habil.
Pembunuhan Pertama di Muka Bumi
Matahari bersinar terang. Pohon-pohon pun seperti bermandikan sinar mentari. Tapi, hari itu hati Qabil tidak secerah sinar mentari. Secuil dendam telah berkobar-kobar bak nyala api di lubuk hati Qabil dan ia tidak mampu meredamnya. Ia seperti kalap digulung gelombang kemurkaan.
“Aku akan membunuhmu,” teriak Qabil kepada Habil.
Habil berkata, “Sesungguhnya Allah menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.”
Tetapi, Qabil bergeming. Ia pun berkata lagi, “Aku akan membunuhmu.”
Habil pun menjawab, “Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam. Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka, dan itulah balasan bagi orang zalim” (QS. al-Maidah: 28 – 29).
Hari pun berlalu, hawa nafsu Qabil kian memuncak. Qabil membuktikan apa yang diucapkannya. Saat Habil sedang tidur pulas, dia pun membunuh saudara kandungnya itu. Ia seperti dirasuki kekuatan gaib, dan usai melakukan pembunuhan itu, ia baru sadar bahwa Habil sudah tak bernyawa lagi.
Lanjutan ayatnya menyatakan, “Maka hawa nafsu Qabil mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun benar-benar membunuhnya, maka jadilah ia termasuk orang yang merugi” (QS. al-Maida: 30).
Qabil hanya bersimpuh di depan jasad Habil. Kebingungan pun berkelebat dan membuat Qabil cemas. Ia pun tak tahu apa yang harus dilakukan.
Akhirnya, Qabil membopong jasad Habil dan membawanya pergi. Tetapi, lagi-lagi ia tak tahu apa yang harus ia perbuat.
Burung elang berputar-putar di atas langit, dan binatang buas pun berkeliaran karena mencium aroma kematian. Hal itulah yang membuat Qabil takut untuk meninggalkan jasad Habil, lantaran jika ia meninggalkan jasadnya, pastilah akan dimakan oleh binatang buas. Ia pun terus berjalan, membopong Habil yang sudah tak bernyawa.
Allah Mengutus Burung Gagak
Qabil benar-benar tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan jasad tersebut.
Tiba-tiba, seekor burung gagagk terbang mendekat. Burung gagak itu membawa bangkai burung gagak yang tak bernyawa, di paruhnya. Tak lama kemudian, burung gagak itu pun turun, dengan serta-merta ia meletakkan bangkai burung gagak yang dibawanya persis di depan Qabil. Lalu burung gagak –yang diutus oleh Allah itu—mulai menggali tanah. Ia menggali tanah dengan cakar dan paruhnya.
Setelah tanah digali dengan cakar dan paruh itu tergali cukup dalam, burung gagak itu merapatkan kedua sayap bangkai gagak tersebut lalu mengangkat tubuh gagak yang sudah jadi bangkai untuk diletakkan ke dalam liang lahat. Burung gagak itu sempat mengaok dua kali, lalu menimbun bangkai burung gagak itu dengan tanah. Setelah semua selesai dengan rapi, burung gagak itu pun kembali terbang ke angkasa.
Sontak, Qabil seperti disadarkan dengan peristiwa yang terjadi persis di depan matanya. Ia benar-bernar merasa diajari satu hal penting: bagaimana menguburkan jasad Habil dengan baik dan mulia.
Karena itu, akhirnya ia berkata, “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal” (QS. al-Maidah: 31).
Setelah Qabil melihat bruung gagak mengubur kawannya itu, Qabil pun menggali kubur bagi saudaranya dan menutupinya dengan tanah.***
Sumber Foto: Unsplash/Jesse van Vliet
