Menguak Tragedi Terbunuhnya Husain di Karbala

JENDELAISLAM.ID – Dalam sepanjang sejarah Islam, mungkin tidak ada peristiwa yang lebih mengerikan daripada pembantaian Imam Husain, cucu Rasulullah SAW. Peristiwa yang terjadi pada 10 Muharram yang kemudian dikenal dengan tragedi Karbala,  ini mengingatkan syahidnya Husain bersama keluarga dan para sahabatnya yang berjumlah 77 orang karena mempertahankan kebenaran yang dibantai oleh pasukan Ziyad bin Muawiyah. Keteguhan, moral serta kesetiaan pada prinsip-prinsip Islam, pada Imam Husain  menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.

Judul Buku : Husain, Sang Ksatria Langit

Penulis       : Muhsin Labib

Penerbit     : Zahra Publishing House, Jakarta

Cetakan     : I, 2009

Tebal Buku :  347 halaman (termasuk Daftar Pustaka)

Peristiwa tragis itu hingga kini masih  terus dikenang. Sebuah pembantaian dahsyat, dimana pasukan Husain yang jumlahnya puluhan orang mesti berhadapan dengan ribuan pasukan lawan.

Husain yang menjadi pemimpin rombongan sendiri mengalami nasib yang sangat tragis. Puluhan anak panah menghajar tubuhnya  hingga jatuh tak berdaya. Sayatan pedang melukai sekujur tubuhnya. Dan drama paling menyayat adalah saat kepala Husain dipenggal oleh Syimr adh-Dhihabi.  Kepalanya ditancapkan di ujung tombak.   

Tidak cukup di situ, kekejian lain masih berlanjut. Kepala Husain dan rombongan tawanan wanita di arak  di hadapan masyarakat  ke setiap dusun. Musuh berpesta pora, menenggak khamr merayakan kemenangan di tengah jeritan dan raungan duka wanita-wanita keluarga Nabi. 

Bila Pol Pot pernah menggelar sebuah Killing Field abad 20, maka sejarah hitam Islam telah mendahului kekejian ini dengan sajian yang lebih mengerikan daripada kekejian dan kekejaman yang pernah ada sepanjang zaman hingga kini.

Motinggo Busye, yang memberikan pengantar pada buku ini, mengatakan bahwa peristiwa syahidnya Imam Husain bukan saja tragis, tetapi juga sangat ironis, karena terjadi hanya beberapa tahun dari wafatnya kakek beliau, Muhammad SAW. Belum pernah terjadi di masa Jahiliyah, adanya pembunuhan yang lebih keji dan sadis daripada pembantaian terhadap Imam Husain dan keluarganya di Karbala.

Informasi sejarah berkaitan tragedi Karbala ini dikupas tuntas oleh Muhsin Labib, penulis buku ini. Dengan bahasa gaya bahasa yang khas, Muhsin Labib ingin agar paparan peristiwa bersejarah tersebut enak dinikmati, bukan sekedar membaca fakta dan realitas sejarah yang disajikan secara ilmiah yang agak berat dan mungkin membosankan.

Nilai plusnya lagi, buku ini memaparkan lebih detail tanpa tedeng aling-aling, tidak berusaha menutup-nutupi realitas sejarah agar seolah-olah tidak pernah terjadi  sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian besar umat. Di dalamnya merekam semua peristiwa yang terjadi; kepongahan, kesederhanaan, kekejaman, kesengsaraan, kemanusiaan,  dan kebinatangan, ada derai air mata, ada darah yang menyembur, ada pesta pora, ada pula rintihan yang mencabik sanubari.

Terlepas dari semuanya, buku ini bisa menjadi sumbangsih bagi khazanah pustaka Islam.***