Juha Bingung dengan Keledai-keledainya

JENDELAISLAM.ID – Di kampung Juha, mewakilkan pekerjaan sudah menjadi kebiasaan.  Jika satu kelompok ingin menumbuk gandum, salah seorang dari mereka biasanya pergi ke tempat penggilingan. Mereka cukup mengutus satu orang membawa gandum dan menggilingnya lalu kembali lagi. Karena tempat penggilingan jaraknya jauh, beberapa jam perjalanan dari desa mereka.

Suatu hari, tibalah giliran Juha yang bertugas membawa gandum-gandum tersebut ke tempat penggilingan. Di tempat itu, sudah ada delapan keledai penuh dengan muatan biji gandum milik teman-temannya yang hendak digiling. 

Juha sendiri menaiki keledainya. Ia berjalan tanpa beban dalam rombongan keledai.

Entah apa yang terbetik dalam benak Juha, tiba-tiba saja di tengah perjalanan  ia ingin menghitung jumlah semua keledai. Ketika semua keledai itu dihitungnya, jumlahnya ada delapan ekor, lantaran ia takut kehilangan keledainya.

Saat menghitung itu, Juha tetap berada di atas keledainya hingga tidak sadar bahwa keledai yang ditungganginya sebenarnya adalah keledai yang kesembilan.

Karena bimbang, ia memutuskan untuk berhenti kembali. Ia berteriak di hadapan keledai dan semua keledai berhenti. Namun, kali ini Juha turun dari keledainya dan memeriksa di balik pepohononan dan kembali lagi menghitung semua keledai.

Kali ini, jumlahnya ada sembilan karena ia juga menghitung keledai yang ditungganginya.

“Subhanallah,”  ucap Juha.

Juha naik ke atas keledainya dan keraguan kembali merasuki benaknya. Setelah berada di atas keledainya, ia kembali menghitung dan jumlahnya ada delapan. Kondisi ini membuat Juha bertambah bingung, karena sebelumnya ia sudah menghitungnya dan jumlahnya ada sembilan dan kini berkurang satu.

Dalam kondisi kebingungan ini, Juha berpikir panjang dan lagi-lagi turun dari keledainya dan kembali mulai menghitung, ternyata jumlahnya sembilan.

“Aduh… bagaimana bisa terjadi? Tadi delapan, sekarang sembilan.”

Tampaknya kesadaran Juha sedang diuji. Ia seakan hampir gila dan sempat berpikir bahwa jin dan syetan tengah mempermainkannya.

Setelah berdiam sejenak, akhirnya ia berdoa dan kembali naik ke atas keledainya. Namun rupanya syetan kembali menggodanya dan menyuruhnya menghitung jumlah keledai.

Juha menghitung lagi dari atas keledainya dan jumlahnya hanya delapan. Ia kembali turun dan berteriak sekeras-kerasnya, sambil membaca ayat suci al-Qur’an dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.

Juha bertambah khawatir. Ketakutan menghinggapi dirinya. Kini, ia merasa mulai mendengar suara-suara aneh, sehingga membuatnya gemetar dan ketakutan.

Untuk menghilangkan rasa ketakutan itu, Juha berusaha menurunkan barang bawaan dari punggung keledai, namun tidak bisa. Ia berhenti karena keletihan sambil menanti jika ada orang yang lewat dan menolongnya.

Saat yang ia nanti tiba, seseorang menghampirinya. Orang itu melihat Juha penuh keheranan.

Bagaimana tidak orang secerdas dan secerdik Juha kebingungan menyelesaikan masalahnya. Padahal selama ini selalu saja muncul gagasan segar setiap kali ada problem sepelik apapun.

Tapi kali ini, Juha yang rupanya sudah diperhatikan sejak tadi dan sudah dikenal betul oleh orang yang berada di belakangnya, masih kesulitan menemukan solusinya.

“Apa yang terjadi?” tanya orang itu memecah kebuntuan.

Juha pun bercerita tentang masalahnya.

“Jangan berpikir seperti itu. Itu hanya halusinasi dan perasaanmu saja, apakah kamu melihat sesuatu?” kata orang itu.

“Tidak, aku tidak dengar suara apapun kecuali suara berisik,” jawab Juha.

Orang itu menghibur Juha. Setelah menyantap beberapa potong kue, kondisi Juha kembali bugar. Fisiknya yang tadinya loyo dan pikirannya kalut, berangsur-angsur membaik. Setelah itu, Juha melompat ke atas keledainya dan berpamitan pada orang itu dan kembali menggiring keledai-keledai lainnya.

“Sekarang aku akan menghitung keledai lagi,”  batin Juha.

Mulailah Juha menghitung keledai dan jumlahnya ternyata delapan. Rupanya kebingungannya belum hilang. Tak menentu memikirkan jumlah keledai, apakah delapan atau sembilan. Karena jaraknya belum terlalu jauh dengan orang tadi, Juha pun memanggilnya.

Orang itu segera menghampiri Juha.

“Ada apa, Tuan?” tanya orang itu.

“Lihatlah jumlahnya delapan, apa yang sedang terjadi pada diriku ini?” Juha berkata dengan nada seperti orang menangis.

“Apakah Tuan juga telah menghitung keledai yang Tuan naiki? Jika jumlahnya delapan, pastilah belum menghitung keledai yang Tuan naiki,” jawabnya enteng dan sedikit tersenyum.

Barulah Juha tersadar. Ia menepuk keningnya dengan keras lalu turun dari atas keledai dan mengambil tangan orang itu lalu menciumnya. Orang itu heran dengan kebingungan Juha. Ia tidak dapat mencegah Juha dari mencium tangannya.

“Semoga Allah meridhaimu, kamu telah memberiku nasehat dan telah mengembalikan akal warasku. Karena aku hampir gila menghadapi masalah ini sedari tadi. Terima kasih,” kata Juha dengan rona yang lebih cerah.

Rupanya Juha yang biasanya dapat menyelesaikan masalah-masalah besar dan rumit, ternyata bingung juga menghadapi masalah yang sebenarnya sangat sederhana.

Demikianlah salah satu kisah Juha sebagaimana terdapat dalam Kisah Jenaka Juha karya Dr. Darwish Juwaidy.

Sumber Foto: Pixabay/hhach