JENDELAISLAM.ID – Salah satu rukun haji adalah wukuf di Arafah. Barang siapa yang tidak melakukan wukuf, maka hajinya tidak sah. Dengan kata lain, hukum melaksanakan wukuf adalah wajib karena menentukan sah tidaknya ibadah haji seseorang.
Wukuf di Arafah juga disebut sebagai puncak ibadah haji. Makna wukuf adalah ritual berdiam diri di padang Arafah. Rukun haji kedua ini dilakukan pada tanggal 9 hingga 10 Dzulhijjah.
Saat wukuf, jamaah dianjurkan untuk memperbanyak dzikir dan doa, mulai dari tergelincirnya matahari saat Dzuhur pada tanggal 9 hingga terbitnya fajar atau Shubuh pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Semua jamaah tanpa terkecuali, harus melakoni ritual satu ini, termasuk perempuan yang sedang mengalami haidz atau menstruasi.
Konsultan Ibadah Daerah Kerja Makkah, Prof. Siti Mahmudah, menyampaian hal ini kepada petugas haji perempuan di Sektor 7 Makkah.
“Perempuan tetap wajib berangkat ke Arafah dengan niat umrah haji walaupun dalam keadaan sedang haidz. Ingat, haji adalah Arafah. Maka tidak sah bila pada 9 Dzulhijjah, tidak hadir di Arafah,” ujar Siti Mahmudah di Makkah, Sabtu (9/6/2024).
Kenapa demikian? Karena, menurut Siti Mahmudah, haidz tidak menjadi penghalang bagi perempuan untuk berhaji. Hajinya tetap sah, dan tidak mengurangi kemabrurannya.
Sementara itu, untuk melakukan thawaf ifadhah bagi perempuan yang sedang haidz, terang Siti Mahmudah, menunggu sampai suci terlebih dulu apabila masih punya waktu untuk tinggal lama di Makkah.
Jika tidak punya waktu lagi, lanjutnya, harus mengamati apakah ada masa jeda suci. Jika tidak melihat darah haidz, segera mandi, lalu memakai pembalut yang rapat dan menjaga dari tetesan darah, kemudian melaksanakan thawaf ifadhah dan sai. Jika setelah itu, masih mendapati darah haidz, thawafnya sudah sah.
Namun, jika menjelang pulang, masih haidz dan harus segera kembali ke Indonesia, urai Siti Mahmudah, maka boleh melakukan thawaf ifadhah dengan menjaga darah haidznya menggunakan pembalut yang aman. Mengikuti pendapat Ibnu Taimiyah, thawafnya sah dan tidak ada dam.
Siti Mahmudah menambahkan, jamaah perempuan masih dalam keadaan haidz, yang akan meninggalkan kota Makkah, tidak perlu melakukan thawaf wada’. Tetapi cukup berdiri dan berdoa di hadapan Masjidil Haram untuk pamit pulang dari rumah Allah sebagai tamu Allah.***
Sumber Teks & Foto: Kemenag
