JENDELAISLAM.ID – Tidak ada manfaatnya membalas suatu keburukan yang terlontar dari lisan, dengan hal serupa. Akan tetapi, balaslah ucapan yang mungkin melukai itu dengan hal sebaliknya sehingga bisa menjadikan kita sebagai orang yang baik.
“Perasaan marah mungkin sulit dikelola. Akan tetapi bagaimana mengendalikan sesuatu yang keluar dari mulut kita sehingga kita menjadi orang yang baik,” kata Ning Farida Ulvi Na’imah, Wakil Ketua Pengurus Cabang Aswaja NU Center Sidoarjo.
Ning Farida yang juga Dosen di Universitas Pesantren KH. Abdul Chalim itu, menjlentrehkan bagaimana cara mengelola diri untuk menghadapi orang yang toxic.
Istilah toxic ini biasanya deifinisikan sebagai orang yang beracun atau memberikan dampak buruk terhadap orang lain, terutama terhadap psikis. Sifat toxic ini tentu harus dihindari karena dapat mengganggu kenyamanan orang lain.
Ia menambahkan bahwa manusia pasti mempunyai potensi untuk membenci orang lain karena alasan-alasan tertentu, misalnya karena ucapan. Ucapan, lanjutnya, bisa sangat melukai hati orang lain, bahkan potensi untuk sembuh perlu waktu cukup lama.
Sebagai pihak yang disakiti tentu akan marah, tetapi akan lebih baik jika bisa menahan. Sebab, jika terlontar kata-kata yang buruk untuk membalas ucapan yang menyakitkan itu, maka tidak akan memiliki manfaat yang baik.
Menurut Ning Farida, setiap orang tidak bisa selalu menyenangkan orang lain. Namun, ia bisa mengelola diri sendiri agar orang lain tidak tersinggung karena ucapan.***
Sumber Teks: NU Online & Foto: Pexels/Afrika ufundi
