JENDELAISLAM.ID – Ibnu Hajar Al-Asqalani, seorang ahli hadits ternama, ternyata memiliki kisah masa muda yang penuh dengan perjuangan dan kegigihan. Dahulu kala, ia dikenal sebagai santri yang sangat bodoh. Bertahun-tahun belajar di pesantren, namun Ibnu Hajar masih belum bisa membaca dan menulis. Putus asa, ia pun ingin pulang ke rumah.
Namun, sang guru yang bijaksana tidak langsung mengizinkannya. Beliau menitipkan pesan agar Ibnu Hajar jangan berhenti belajar meskipun di rumah.
Dalam perjalanan pulang, Ibnu Hajar berlindung di sebuah gua karena hujan lebat. Di sanalah ia menemukan momen yang mengubah hidupnya. Ia mendengar suara gemericik air yang menetes pada batu besar. Tetesan air itu, meskipun kecil dan lembut, lama-kelamaan mampu membuat lubang di batu yang keras.
Terinspirasi dari kejadian tersebut, Ibnu Hajar merenungkan dirinya. Ia menyadari bahwa batu yang keras saja bisa terkikis oleh tetesan air yang lemah dan konsisten.
Ia pun bangkit dari keterpurukan dan memutuskan untuk kembali ke pesantren. Dengan semangat baru dan tekad yang kuat, Ibnu Hajar mulai belajar dengan lebih tekun dan pantang menyerah.
Usaha dan kegigihannya tidak sia-sia. Ibnu Hajar berhasil menjadi seorang alim ulama yang luar biasa. Ia melahirkan banyak karya berharga, seperti Fathul Bari, Ad-Durar al-Kaminah, Tahdzib at-Tahdzib, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, Bulughul Maram, Al-Isti’dad Liyaumil Mii’aad, Nukhbatul Fikr, dan masih banyak lagi.
Kisah Ibnu Hajar Al-Asqalani merupakan bukti nyata bahwa kegigihan dan ketekunan dalam belajar dapat mengantarkan kita pada kesuksesan. Meskipun kita memiliki keterbatasan, kita tetap bisa meraih cita-cita dengan tekad dan usaha yang keras.***
Sumber Teks: Alonesia.com & Foto: Istimewa
