JENDELAISLAM.ID – Kisah hubungan antara Siti Aisyah dan Sahabat Ali bin Abi Thalib memperlihatkan dinamika politik dan sosial yang terjadi pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Sebelum wafatnya Nabi, hubungan di antara mereka tergolong normal dan harmonis, sebagaimana umumnya hubungan dalam keluarga Nabi.
Namun, setelah wafatnya Nabi Muhammad, umat Islam mulai membagi pendapat, terutama setelah terbunuhnya Khalifah Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan.
Terutama setelah pembunuhan Utsman, umat Islam terpecah menjadi beberapa kelompok politik yang bersaing.
Salah satu dari kelompok-kelompok ini adalah kelompok yang menuntut pembalasan atas pembunuhan Utsman, di mana salah satunya adalah Ali.
Dalam konteks ini, ketika masyarakat Madinah menuntut pemimpin, Ali dipilih sebagai pemimpin, meskipun pada saat itu masih dalam situasi konflik.
Namun, Aisyah memiliki pandangan bahwa pengangkatan pemimpin seharusnya dilakukan dalam suasana damai dan tenang, bukan pada saat konflik sedang berkecamuk seperti ketika umat Islam masih mencari pembunuh Utsman.
Perbedaan pandangan ini memunculkan ketegangan politik yang kemudian berujung pada peristiwa besar, yaitu Perang Jamal, di mana kelompok Ali dan kelompok Aisyah, Thalhah, dan Zubair saling berhadapan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa baik Ali maupun Aisyah sama-sama tidak menghendaki terjadinya perang tersebut.
Pada saat perang berlangsung, Ali bahkan memerintahkan agar Aisyah dilindungi dari serangan panah, menunjukkan bahwa meskipun mereka berada dalam konflik politik, Ali tetap menghormati status dan keselamatan Aisyah sebagai istri Nabi.
Selanjutnya, setelah perang berakhir, Ali membantu Aisyah untuk meninggalkan Basrah dengan menyediakan kebutuhan dan menemani perjalanannya.
Ini menunjukkan bahwa meskipun berbeda pandangan politik, Ali dan Aisyah tetap saling menghormati dan bahkan membantu satu sama lain dalam situasi yang sulit.
Dalam sejarah, tidak ada catatan yang menunjukkan bahwa Aisyah menentang kepemimpinan Ali secara langsung atau memprovokasi orang-orang untuk melawannya.
Meskipun ada perbedaan pendapat di antara mereka, keduanya tetap menjaga hubungan yang baik dan saling menghormati.
Kisah ini mengajarkan pentingnya toleransi, penghormatan, dan kerjasama di antara sesama muslim, bahkan dalam situasi yang sulit atau konflik politik.
Meskipun memiliki pandangan yang berbeda, Ali dan Aisyah tetap menjaga persaudaraan dan kesatuan umat Islam.
Ini adalah pelajaran yang berharga dalam konteks hubungan antar sesama manusia, terutama di tengah perbedaan pandangan politik.***
Sumber Foto: Pexels/Tomáš MalÃk
