JENDELAISLAM.ID – Kisah perundungan yang dialami Nabi Yusuf merupakan cerminan dari realitas sosial yang terjadi tidak hanya di masa lalu, tetapi juga pada zaman sekarang.
Pemicu perundungan bisa bermacam-macam, namun salah satu yang sering muncul adalah kecemburuan sosial, seperti yang terjadi pada kasus Nabi Yusuf.
Dalam kisah tersebut, saudara-saudara Yusuf merasa cemburu terhadap perhatian yang diberikan ayah mereka kepada Yusuf.
Kecemburuan ini memicu perilaku perundungan yang mengarah pada tindakan yang sangat keji, seperti rencana untuk membunuh atau membuang Yusuf ke dalam sumur.
Hal ini menjadi pelajaran yang berharga bagi kita semua tentang bahaya dan dampak negatif dari kecemburuan yang tidak terkontrol.
Allah mengabadikan kisah perundungan Nabi Yusuf dalam Al-Qur’an sebagai pelajaran bagi umat manusia.
إِذْ قَالُوا لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَىٰ أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“(Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata” (QS. Yusuf: 8).
Hal ini menunjukkan pentingnya menghormati perbedaan, mengatasi kecemburuan, dan menjauhi perilaku yang merugikan sesama.
Kisah Nabi Yusuf juga mengajarkan tentang kesabaran, ketabahan, dan kemampuan untuk memaafkan, yang menjadi nilai-nilai penting dalam menghadapi cobaan dan kesulitan dalam kehidupan.
Dengan memahami dan mengambil pelajaran dari kisah Nabi Yusuf, semoga kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik, lebih peduli, dan lebih bijaksana dalam berinteraksi dengan sesama, serta mampu menghindari perilaku perundungan dan menyebarkan kebaikan dalam masyarakat.***
Sumber Teks & Foto: NU Online
