JENDELAISLAM.ID – Orang Papua harus pintar, shaleh dan berperadaban maju. Inilah pesan tersirat dari pendirian Pesantren Nuu Waar yang digagas oleh Ustadz Fadzlan Garamatan.
Selama ini, masyarakat Papua selalu dikesankan dengan keterbelakangan dan kemiskinan, yang tak lepas dari sebutan koteka dan primitif.
Oleh karena itu, Pesantren Nuu Waar (nama asli Papua yang berarti cahaya dari Timur), yang ada di bawah naungan Yayasan AFKN (Al-Fatih Kaaffah Nusantara), ingin menghapus pemahaman yang seakan dilazimkan oleh banyak orang.
Pesantren Nuu Waar hadir untuk memfasilitasi warga Nuu Waar (Papua) yang ingin memperoleh pendidikan yang layak sekaligus menyiapkan generasi-generasi muda yang tangguh.
Kelak diharapkan setelah mereka menyelesaikan masa belajarnya bisa memberikan sumbangsihnya untuk kemaslahatan Nuu Waar.
Pesantren yang didirikan oleh Ustadz Fadzlan ini didedikasikan untuk kemaslahatan masyarakat Papua. Memang ia tidak didirikan di Papua melainkan di Bekasi. Alasannya apabila didirikan di pedalaman Papua, akan menyulitkan dari sisi transportasi.
Tetapi dipilihnya Bekasi sebagai lokasi pesantren, menurut Ustadz Fadzlan, karena Bekasi dekat dengan ibu kota negara, Jakarta. Dengan berada di dekat pusat negara, kata Tokoh Perubahan 2010 versi Republika, para santri bisa mengakses informasi maupun ilmu secara baik dan maksimal.
Siapkan Dai untuk Papua
Ustadz Fadzlan mulai berdakwah di tanah kelahirannya sejak tahun 1980 ketika masih duduk di bangku kuliah. Lelaki kelahiran Fakfak ini memang menginginkan agar Kepulauan Papua atau disebut Nuu Waar ke depan lebih berperadaban.
Sebab sekian lamanya, masyarakat Nuu War belum mampu keluar dari persepsi banyak orang, seperti: kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.
Kondisi inilah yang membulatkan tekadnya bahwa generasi Nuu War harus bangkit dari ketertinggalan. Generasi Nuu War harus menjadi generasi yang cerdas, berilmu dan beriman.
Melalui Yayasan AFKN yang didirikannya yang kemudian mengepakkan sayapnya dengan wadah Pesantren Nuu Waar, diharapkan dakwah yang dilakukan di tanah Papua akan jauh lebih mengena.
Dengan berdirinya Pesantren Nuu Waar, tentu sasaran tembak dakwah di sana akan lebih menyasar dan impact-nya akan jauh lebih besar.

Ust. Fadzlan Garamatan, pendiri AFKN dan Pesantren, begitu dekat dengan anak-anak Papua (FB AFKN Nuu Waar)
Cikal bakal pesantren ini sebenarnya sudah mulai tumbuh sejak dakwah AFKN dimulai. Pada awalnya, selain dakwah di pedalaman Papua, AFKN juga memberikan beasiswa pendidikan bagi masyarakat Papua.
Hal ini didasari karena pendidikan adalah kunci untuk sebuah perubahan besar. Mereka disekolahkan secara cuma-cuma ke berbagai pesantren di Jawa, Sumatera dan Sulawesi, ada pula yang menempuh jenjang Perguruan Tinggi dalam negeri maupun luar negeri.
Mereka pulalah yang kemudian menjadi santri di Pesantren Nuu War dan di-gadang-gadang menjadi ujung tombak dakwah di tanah kelahirannya.
Sebelum bangunan Pesantren Nuu Waar berdiri sendiri, jika musim libur sekolah tiba, mereka tumplek blek di markas AFKN yang ada di komplek Perumahan Pondok Hijau Permai Bekasi.
Karena kondisi tak memungkinkan untuk menampung banyaknya para pelajar dan mahasiswa Papua yang bersekolah/kuliah di luar Bekasi yang kerap berkumpul di markas AFKN, akhirnya didirikanlah Pesantren Nuu War sebagai wadah untuk menampung, memfasilitasi, sekaligus membekali pendidikan warga Papua.
Mereka di-gembleng sedemikian rupa agar nantinya setelah lulus, siap mengaplikasikan ilmunya di tanah kelahirannya, Papua.
Lantas dibangunlah pesantren di tahun 2012 di atas lahan 5 ha tepatnya di Kampung Bunut Desa Taman Sari Kec Setu Bekasi Jawa Barat.
Peletakan batu pertama disaksikan oleh Ustadz Rabbani Fadzlan Garamatan (Ketua Umum Al Fatih Kaaffah Nusantara /AFKN), Ustadz Ahmad Husein Lc (Mudir Ponpes Nuu Waar), Dinno Indiano (Direktur BNI Syariah), Ustadz Fatahilah (Ketua Asosiasi Bekam Indonesia / ABI), dana jajaran Muspika wilayah Bekasi.
Pesantren ini diproyeksikan menjadi sarana pusat pendidikan dan pelatihan kader santri Muslim Nuu Waar yang akan mencetak dai yang nantinya akan disebar ke seluruh kabupaten Papua Barat hingga Jayapura.
Terkait kaderisasi para dai, Ustadz Fadzlan menyebutkan, Pesantren Nuu Waar juga menyediakan tempat belajar bagi muallaf maupun anak-anak Nuu Waar yang ingin menimba ilmu.
Saat ini, kata Fadzlan, dari ribuan santri yang dibina, sebagian besar di antaranya telah kembali ke kampung halaman masing-masing untuk berdakwah. Selebihnya sebagian menetap di Pesantren Nuu War dan sebagian besar lagi menimba ilmu di berbagai tempat di wilayah Indonesia, baik di pesantren maupun perguruan tinggi, yang difasilitasi pesantren.
Di samping itu, Pesantren Nuu Waar juga bekerjasama dengan beberapa negara di Timur Tengah. Para santri yang sudah hafal al-Qur’an, akan dikirim ke luar negeri selama beberapa tahun untuk lebih mendalami Islam.
Setelah selesai studi, santri dikirim ke kampung halaman masing-masing. Sehingga kaderisasi dai pedalaman bisa terus berlangsung. Dengan cara ini diharapkan bisa memberikan warna perubahan ke arah yang lebih baik bagi Nuu Waar dan Indonesia.
Kampung Halaman
Pondok Pesantren Nuu Waar ini layaknya kampung halaman warga Papua di tanah perantauan. Mereka yang sedang thalabul ilmi di berbagai lembaga pendidikan, juga mereka yang tinggal di Pesantren Nuu War, menjadikan Pesantren Nuu Waar dan AFKN sebagai rumah besar mereka.
Di sini, mereka membaur, berbagi pengalaman, sekaligus merancang strategi dakwah untuk kontribusi masyarakat Papua secara luas.
Apalagi pas bulan Ramadhan, suasana Pesantren Nuu Waar ini lebih terasa. Berada di dalamnya seperti tengah berada di perkampungan Muslim Papua lengkap dengan aktivitas keagamaannya, di antaranya: lomba pidato, lomba hafalan al-Qur’an, lomba hafalan doa-doa, lomba kebersihan, dan beragam kegiatan menarik lainnya.
Menurut Ustadz Fadzlan, di tempat inilah generasi Muslim Nuu Waar disiapkan untuk merubah wajah Papua dengan cahaya Islam.
Kontribusi yang diberikan melalui AFKN sebagai induk dari Pesantren Nuu Waar untuk kemaslahatan masyarakat Papua memang luar biasa.
Terbukti kesan terbelakang dan primitif yang melekat sebelumnya, lambat laun kini terkikis, berganti dengan lebih berbudaya, lebih banyak yang terdidik dan tentu saja banyak yang mengenal dan memeluk Islam. Dan peran positif itu tak lepas dari dakwah AFKN dan Pesantren Nuu Waar.***
Sumber Foto: Facebook/AFKN Nuu Waar)
