JENDELAISLAM.ID – Wudhu dapat meredakan amarah, kesedihan, dan kegelisahan. Oleh sebab itu, saat ada orang yang marah, maka sebaiknya ia berwudhu agar kemarahannya mereda atau tidak menjadi-jadi.
Kenapa demikian? Sebab, amarah itu bak percikan api. Saat orang marah, darahnya akan bergejolak. Percikan api dalam dada itu akan membakar dan bergejolak, lalu mengalir melalui pembuluh darah.
Biasanya, saat kemarahan makin bergejolak, orang cenderung menjadi buta dan tuli dari segala nasehat, karena kemarahan naik memenuhi otaknya sehingga pintu pikirannya tertutup. Karena itulah orang yang marah kerap gelap mata.
Secara fisik, indikasi kemarahan dapat dilihat pada perubahan warna kulit, tatapan mata yang berkilat-kilat merah, dan ketidakmampuan mengendalikan perbuatan. Apabila amarah sudah menguasai, orang kerap tidak lagi memedulikan etika, dan bisa bertingkah laku layaknya orang gila.
Sikap Orang saat Marah
Imam Ghazali dalam “Ihya Ulumuddin” mengatakan bahwa setiap orang menyikapi kemarahan secara berbeda-beda. Ada yang menyikapi kemarahan secara berlebihan, menafikan, dan menyikapinya dengan bijak.
Lebih lanjut, Imam Ghazali menjelaskan ketiga sikap tersebut.
Pertama, orang yang menyikapi secara berlebihan. Menurut Imam Ghazali, tidak ada kebaikan pada orang yang berlebihan saat marah. Sebab, orang yang marah secara berlebihan tak lagi punya pertimbangan dan pemikiran.
Kedua, orang yang menafikan marah. Tidak ada kebaikan pula pada orang yang menafikan amarah, karena ia berarti tidak bisa melatih jiwanya. Padahal, sambung Imam Ghazali, pelatihan jiwa menjadi sempurna saat seseorang bisa mengendalikan amarah dan syahwat.
Ketiga, orang yang menyikapi amarah dengan bijak, tidak berlebihan dan tidak menafikan amarah.
Perintah Berwudhu
Sebuah penelitian medis yang dipublikasikan di majalah “Archives of Internal Medicine” menginformaskan bahwa orang yang cenderung cepat marah dan sering merasa gelisah, lebih rentan terserang penyakit jantung dibanding orang yang lebih tenang.
Orang yang sering marah berisiko mendapat serangan jantung tiga kali lebih banyak ketimbang orang yang tenang dan bisa menguasai diri. Meskipun orang tersebut tidak punya riwayat jantung sebelumnya.
Penelitian lain pada tahun 1948 – 1964 terhadap 1.300 mahasiswa di sebuah universitas mengatakan bahwa orang yang cepat marah dan tidak bisa menguasai diri, cenderung lebih berisiko terkena penyakit penyumbatan pembuluh jantung. Penelitian sebelumnya, orang yang suka bermusuhan ternyata lebih rentan terserang penyakit penyumbatan pembuluh jantung dan pembuluh otak.
Nah, dalam Islam, satu cara untuk meredam marah adalah dengan berwudhu.
Menurut Abdu Tawwab Abdullah Husain, sebagaimana diterangkan dalam buku “Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah” karya Dr. Jamal Elzaky, syariah Islam memerintahkan untuk berwudhu saat marah.
Kenapa harus berwudhu? Karena berwudhu menghasilkan kesegaran, dimana titik-titik penting dalam tubuh tersentuh air dan mendapat pijatan ringan. Bila aktivitas ini intens dilakukan setiap hari, lanjut Abdu Tawwab, efeknya akan bagus.
Dr. Jamal Elzaky dalam buku tersebut mengungkapkan bahwa di antara faedah wudhu adalah mengusir syetan yang sering menyulut api amarah. Hal ini dikuatkan hadits Abu Dawud dari Urwah bin Muhammad as-Sa’di, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kemarahan berasal dari syetan, dan sesungguhnya syetan diciptakan dari api neraka, dan api bisa dipadamkan oleh air. Maka, jika kalian marah, berwudhulah!”
Baca juga: Manfaat Mengejutkan Wudhu, dari Mengembalikan Kekuatan hingga Mengurangi Kecemasan
Secara sains, wudhu dapat membantu turunnya photon cahaya (light photons) yang terdapat pada air. Light photons itu menyebarkan ion-ion positif dari partikel-partikel air yang mengambang di udara. Ion-ion positif ini adalah gelombang elektromagnetis yang kemudian memengaruhi tubuh orang yang berwudhu sehingga ia menjadi lebih sehat.
Saat pikiran dan metabolisme tubuh bekerja lebih tenang, kegelisahan dan rasa was-was secara otomatis akan menghilang. Karena itulah orang yang selalu menjaga wudhunya tidak akan mudah marah.***
Foto: Unsplash/Nathan Dumlao
