JENDELAISLAM.ID – Gus Baha atau KH. Bahauddin Nursalim, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), menjelaskan kecerdasan KH. Bisri Mustofa. Ini bisa dilihat dalam karyanya “Tafsir al-Ibriz”.
Gus Baha menyampaikan demikian pada “Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Masyayikh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin”, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Senin (09/09/2024).
Gus Baha mencontohkan tafsir surat ad-Dhuha dalam “Tafsir al-Ibriz”. Secara spesifik, terangnya, kata “Dlallan” (QS. ad-Dhuha: 7) dimaknai Kyai Bisri dengan “orang yang tidak tahu”, bukan sesat.
“Dlallan” makna aslinya bukan sesat, tapi tidak tahu,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Narukan, Rembang, Jawa Tengah itu.
Mengutip dari “Tafsir Jalalain” dan “Tafsir as-Shawi”, Gus Baha menjelaskan bahwa saat itu memang Nabi tidak mengetahui harus mengikuti syariat mana. Hal ini lantaran adanya syariat Nasrani, Yahudi, dan Jahiliyah yang menyembah berhala. “Jadi yang dimaksud “dlallan” itu Nabi tidak tahu harus ikut apa,” ucap Gus Baha.
Menurut Gus Baha, di situlah letak kealiman dan kecerdasan Kyai Bisri memaknai kata “dlallan” dengan “orang yang tidak tahu” pada kitab “Tafsir al-Ibriz”. Sebab, makna tersebut menunjukkan bahwa Kyai Bisri tidak mengarang-ngarang, melainkan merujuk pada kitab-kitab tafsir terdahulu, khususnya “Tafsir Jalalain”.
“Jadi, betapa alimnya Kyai Bisri ketika milih “dlallan” dimaknai orang yang tidak ngerti,” katanya.
Dalam ayat terakhir surat ad-Dhuha, Kyai Bisri memaknainya dengan “pada nikmat Allah berupa kenabian khususnya, dirimu supaya membicarakannya.” Artinya, tidak semua nikmat yang diterima itu perlu diceritakan.
Sementara dalam “Tafsir al-Basith” karya Imam Wahidi, dijelaskan bahwa nikmat yang dimaksud adalah al-Qur’an. Dalam konteks ini, hal yang perlu diceritakan adalah substansi atau ajaran nilai di dalam al-Qur’an, bukan malah nikmat yang dirasa oleh sendiri.
Oleh karena itu, jelas Gus Baha, Kyai Bisri juga memberikan catatan terhadap ayat terakhir surat ad-Dhuha itu, bahwa nikmat yang dimaksud adalah Nabi Muhammad SAW dapat wahyu berupa al-Qur’an.***
Sumber: NU Online
