JENDELAISLAM.ID – Pernahkah saat Anda sedang bersantap, tiba-tiba lalat hinggap dan kecemplung di minuman Anda?
Apa yang Anda lakukan? Membuang minuman itu lantaran mengira minuman itu sudah Anda anggap tercemar dan tidak higienis? Atau Anda membuang lalat yang hinggap itu, kemudian tetap meminum minuman tersebut?
Mungkin sebagian besar dari kita, yang merasa jijik, langsung membuang minuman itu begitu saja. Tapi bagi yang tahu, melainkan cukup memasukkannya lalat itu ke dalam minuman, setelah itu membuang lalatnya.
Lho, kok malah menceburkan lalat ke dalam minuman?
Ya, karena dua sayap lalat itu salah satunya membawa kuman penyakit dan sayap lainnya mengandung obat penawar. Oleh karena itu, apabila ada lalat jatuh di minuman kita, maka anjurannya adalah sekalian mencelupkannya.
Kita tidak tahu, mana sayap yang mengandung penyakit dan mana sayap yang mengandung obat. Karena ketidaktahuan itulah, anjurannya untuk mencelupkan kedua sayapnya, agar apabila sayap satunya itu membawa bibit penyakit, maka sayap lainnya berfungsi sebagai penawarnya, bisa menjadi obat.
14 abad silam, Rasulullah SAW sudah menyatakan demikian, dimana saat itu medis dan sains belum mampu mengungkap rahasia lalat dan obat penawarnya.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seekor lalat masuk ke dalam minuman salah seorang kalian, maka celupkanlah, kemudian angkat dan buanglah. Sebab pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap yang lainnya, ada obatnya” (HR. Bukhari, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Jadi, dengan cara mencelupkan kedua sayapnya, kita tidak khawatir efek buruk dari lalat yang dikenal sebagai pembawa kuman penyakit.
Rasulullah SAW. menganjurkan untuk menyelupkan lalat itu seluruhnya ke dalam minuman, lalu setelah itu lalatnya dibuang dan kita bisa melanjutkan menikmati minuman itu. Keadaan minuman tersebut kembali bersih dari kuman penyakit.
Dr. Zaghloul el-Nagger, seorang professor Muslim di bidang sains, memberikan penjelasan ilmiah tentang hadits di atas. Menurut el-Nagger, hadits ini berarti bahwa lalat itu membawa penyakit di salah satu sayapnya, dan obat dari penyakit tersebut di sayap yang lain.
Kata, Dr. Zaghloul, ketika seekor lalat jatuh ke dalam bejana (makanan atau minuman), lalat tersebut membawa mikroba di salah satu sayapnya, sebagai pertahanan diri. Lalat melindungi dirinya dengan sayap kiri, sehingga lalat membawa obat atau penangkal di sayap kanan. Karena itu, jika lalat ditenggelamkan di bejana tempat ia jatuh, obat penawar itu akan menghancurkan racun atau mikroba dengan kehendak Allah.
Dokter Mahmud Kamal dan Dr. Muhammad Abdul Mun’im Husin, juga ikut menguatkan bahwa kajian mengenai masalah ini sudah dilakukan sejak tahun 1871 oleh seorang guru besar di Universitas Hal, Jerman, yaitu Brifeld.
Beberapa ahli dari beberapa negara, seperti Erneysten dan Cook dari Inggris, juga mengadakan penyelidikan sekitar tahun 1947 sampai 1950.
Menurut mereka, dengan dicelupkannya lalat ke makanan, berarti akan menimbulkan tekanan pada sel-sel yang memang sudah ada dalam tubuh lalat. Semakin bertambah kenyal dan akhirnya sel-sel ini pecah. Beberapa enzim yang keluar menyerang kuman penyakit dan memusnahkannya. Dengan begitu, akhirnya makan menjadi bersih, bebas dari kuman penyakit.
Pernah sekelompok peneliti Muslim di Mesir dan Arab Saudi melakukan beberapa percobaan pada bejana berbeda: bejana satu berisi air, bejana kedua madu dan bejana ketiga berisi jus.
Mereka membiarkan jenis cairan tersebut dihinggapi lalat. Kemudian mereka menenggelamkan lalat pada bejana-bejana tersebut.
Ternyata, pemeriksaan mikrokospis menunjukkan bahwa lalat yang tidak ditenggelamkan dalam bejana berisi cairan di atas mengandung banyak bakteri dan virus, sementara bejana lain dimana lalat benar-benar ditenggelamkan hasilnya tidak terdapat bakteri dan virus.
Akhirnya disimpulkan, apabila lalat terjebak atau jatuh ke dalam minuman kita, jangan ragu untuk mencelupkan seluruh tubuhnya. Sebab kebersihan minuman tersebut akan tetap terjaga dan bukti ilmiah menguatkannya.***
(berbagai sumber)
