Empat Tanda Orang Bahagia dan Celaka

JENDELAISLAM.ID – Hidup di dunia ini sejatinya hanyalah satu episode yang mesti manusia lalui. Kelak, ada episode berikutnya yang menjadi tujuan akhir, yakni akhirat.

Nah, di akhirat pilihannya hanya dua; apakah akan masuk golongan ashabul yamin (kelompok kanan) atau ashabus syimal (kelompok kiri)? Atau hidup manusia nanti bisa berakhir dengan bahagia atau berakhir dengan celaka.

Hal ini disampaikan oleh KH. Asep Muzanni pada “Kajian Rutin Mingguan” yang dihelat oleh DKM al-Badawi di Mushalla al-Badawi Perumahan Griya Surabraja Indah Desa Kasugengan Kidul Kec. Depok Kab. Cirebon, hari Jum’at Malam (13/12/2024).

Kyai Asep menjelaskan, ashabul yamin adalah kelompok orang-orang yang bahagia, sukses, dan akan mendapat kapling surga. Sedang ashabus syimal merupakan kelompok orang-orang tercela dan akan menghuni neraka.

Diterangkan dalam “Nashaihul Ibad” karya Imam Nawawi al-Bantani, kutip Kyai Asep, ada empat tanda/ciri orang bahagia, baik di dunia maupun di akhirat:

Pertama, orang yang selalu mengingat dosa masa lalu. Dengan cara itu, ia akan berusaha mengerem untuk tidak berbuat dosa lagi.  

Kedua, ketika berbuat kebaikan, tidak perlu mengingat amal kebaikan tersebut. Sebab, kalau mengingat-ingat perbuatan baik, ada potensi dalam diri kita untuk jumawa.  Sedekah, misalnya, tidak perlu diingat-ingat lagi. “Lupakan itu semua! Jangan mengingat-ingat kebaikan tersebut. Sudah lupakan!” tegas Kyai Asep.

“Jangan sampai terbalik, saat melakukan dosa, kita melupakannya. Saat kita melakukan kebaikan, kita justru terus mengingatnya,” Kyai Asep memperingatkan. 

Ketiga, dalam hal duniawi, mesti memandang ke bawah. Jangan lihat ke atas! Cara itu akan membuat kita pandai bersyukur.  “Lihat fasilitas yang dimiliki orang lain, kita melihatnya jangan ke atas, tapi ke bawah!”

Pengasuh Pesantren Baitul Hikmah Tegal Gubug Cirebon ini mewanti-wanti, sesungguhnya orang yang bahagia adalah orang yang melihat masalah keduniawian dengan kacamata bersyukur. 

“Punya motor, bersyukur, masih lebih baik daripada orang yang hanya punya sepeda.Punya sepeda bersyukur, karena banyak orang kemana-mana hanya dengan berjalan kaki. Bisa berjalan, tetap bersyukur karena ada orang yang tidak bisa berjalan lantaran sakit. Orang yang bahagia adalah orang yang melihat dunia dengan perspektif bersyukur,” tandas Kyai Asep.  

Keempat, dalam hal ibadah, mesti memandang yang lebih tinggi. “Orang lain bisa jamaah Maghrib, masak kita tidak bisa berjamaah. Orang lain bisa shalat malam, masak kita tidak bisa shalat malam. Orang lain bisa shalat Dhuha, masak kita tidak bisa melakukannya,” jelasnya.

Kyai yang aktif dari satu majelis ngaji satu ke majelis lainnya, menekankan bahwa apabila 4 indikator di atas dimiliki oleh orang, maka insyaallah hidupnya akan bahagia dunia akhirat.

Bagaimana dengan kelompok ashabus syimal?

Lelaki yang pernah menimba ilmu di Pesantren Al-Futuhiyyah Mranggen Jawa Tengah ini menegaskan bahwa orang yang celaka, juga dapat dilihat melalui empat indikator.

Pertama, saat melakukan dosa, selalu lupa. Kedua, saat melakukan kebaikan, selalu mengingatnya. Ketiga, dalam urusan dunia, melihat orang yang lebih tinggi. Dan keempat, melihat orang yang lebih rendah dalam masalah ibadah.

Menurut Kyai Asep, hidup ini pada akhirnya pilihan. Pilihan menjadi orang yang bahagia atau celaka. Lebih lanjut, ia menambahkan, tentu pilihan itu ada di tangan kita. Terserah kita. Pasalnya, dunia adalah tempat menanam dan akhiratlah tempat memetik buahnya, apabila kita menanam kebaikan, maka akan memetik kebaikan. Demikian pula sebaliknya, apabila kita menanam keburukan, maka akan menuai keburukan pula. 

 “Mari ingatkan diri kita, ingatkan keluarga kita, ingatkan kanan kiri kita, dan ingatkan lingkungan kita,” pungkasnya.***

Foto: Al-Badawi Center