JENDELAISLAM.ID -Seseorang akan masuk surga atau tidak itu hak prerogatif Allah SWT. Kalau pun nantinya, masuk surga itu semata karena karunia Allah dan kemurahan Allah bukan karena amalnya.
Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya amal seseorang itu tidak akan memasukkannya ke dalam surga.” Lalu sahabat bertanya, “Apakah juga engkau, wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW bersabda, “Demikian juga aku, kecuali Allah mencurahkan anugerah dan rahmat-Nya kepadaku” (HR. Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ibn Majah, dan Imam Ahmad, dari Abu Hurairah).
Berdasar hadits di atas, kita tidak boleh mengandalkan amal kita sehingga sombong mengatakan masuk surga karena amal kita.
Buya Yahya menyampaikan hal ini dalam kajian rutin kitab “al-Hikam” karya Ibn Athaillah as-Sakandari tiap Senin malam di Masjid at-Taqwa Cirebon.
Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab “al-Hikam” mengingatkan bahwa termasuk tanda seorang hamba mengandalkan amalnya adalah berkurangnya harapan dari Allah di saat terjadi dalam kesalahannya (Min ‘alamat al-i‘timad ‘ala al-‘amal, nuqshan ar-raja’ ‘inda wujud az-zalal).
“Tidak wajib bagi Allah untuk memasukkan orang shaleh/seorang Nabi ke surga, pun tidak wajib bagi Allah memasukkan Abu Jahal ke neraka. Kalau memasukkan ke surga karena suka-sukanya Allah. Ini hak sepenuhnya Allah,” kata Buya Yahya terkait dengan penjabaran hikmah terkait amal.
Lebih lanjut, Buya Yahya menyampaikan bahwa puncak tauhid sebagaimana diajarkan Ibnu Athaillah adalah penyerahan sepenuhnya kepada Allah SWT, bukan karena mengharap surga saat kita beramal.
“Allah yang punya kehendak, bukan amal kita. Puncak tauhid, itu di sini, menyerahkan semua amal kita kepada Allah SWT, apakah Allah akan memasukkan ke surga atau tidak. Semuanya dari Allah SWT, kita tidak pantas mengandalkan amal kita, lantas meminta surga kepada Allah,” terang pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah al-Bahjah Cirebon seperti dilansir dalam Al-Bahjah TV.
Karena itu, Buya Yahya mengingatkan bahwa perlu dipahami, kita tidak boleh mengandalkan amal kita sama sekali, lalu mengatakan bahwa dengan amal kita, kita akan masuk surga.
Orang yang punya pandangan seperti ini, lanjut Buya, akan sangat berbahaya. Ini namanya su’ul adab, yaitu merasa punya amal, lantas merasa punya hak untuk mendapatkan balasan kebaikan dari Allah.
“Namun, jangan salah paham, kalau begitu tidak perlu beramal karena Allah tidak memasukkan ke surga. Ini perkataan orang yang tidak sadar bahwa dirinya ada karena Allah SWT.”
Orang yang menyadari bahwa dirinya bisa berbuat baik itu semua dari Allah, dia tidak akan menagih pahalanya; mana pahalaku dan mana surgaku. Yang perlu disadari adalah masuk surga itu bukan karena amal yang dilakukannya, melainkan karena kemurahan dari Allah semata.
Buya menambahkan bahwa jika manusia menyadari dirinya merupakan hamba Allah, maka ia memang berkewajiban patuh pada Allah. Karena pada hakekatnya, ibadah adalah kesadaran diri manusia sebagai hamba Allah.
Demikian halnya, kalau Allah menghukum seseorang itu juga murni karena keadilan Allah.
Dalam hikmah ini, Ibnu Athaillah menyampaikan bahwa janganlah kita mengandalkan pada amal kita, tetapi bersandarlah kepada Allah. Sebab, amal perbuatan kita itu tidak terjadi kecuali datang dari Allah dan pahala yang kita dapat pun, tidak lain adalah karena anugerah Allah SWT.***
Sumber Foto: Tangkapan Layar Al-Bahjah TV
