JENDELAISLAM.ID – Tiap orang pasti mengalami ujian. Hanya saja, ada yang menyikapi dengan bijak, ada yang sebaliknya. Bijak di sini maksudnya, tetap berprasangka baik kepada Allah SWT bahwa tiap ujian yang datang merupakan tangga menuju kebaikan.
Berbeda dengan orang yang sulit menerima datangnya ujian. Ketika ujian atau musibah menerpa, akan cenderung menyalahkan orang lain, sulit menerima, bahkan terkadang menyalahkan Tuhan, menganggap bahwa Tuhan tidak adil terhadap dirinya.
Bagi orang yang memandang musibah sebagai salah satu cara Tuhan menguji kesabaran iman kita, pasti akan selalu berpikir positiif (positive thinking). Tidak akan menyalahkan siapa pun, melainkan lebih memilih berintrospeksi pada diri sendiri. Ia akan berpikir, mungkin ini adalah upaya Tuhan menyadarkan kita. Evaluasi pada diri sendiri, kenapa Tuhan menurunkan cobaan kepada kita.
Bagaimana seharusnya menyikapi ujian?
Sebagaimana dilansir dalam Al-Bahjah TV, Buya Yahya menyampaikan bahwa dalam menghadapi musibah, kita perlu meluruskan cara pandang kita. Menurut pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah ini, kaidahnya sederhana; apabila seorang hamba diuji oleh Allah SWT, itu sebenarnya tanda Allah cinta kepada hamba-Nya dan Allah akan mengangkat derajatnya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sungguh, besarnya pahala bersamaan dengan besarnya cobaan. Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang rela, maka baginya ridha-Nya, dan barang siapa yang benci, maka ia akan mendapatkan kebencian-Nya,” (HR. at Tirmidzi).
Karena itu, apabila kita sedang menghadapi ujian, mohonlah kekuatan kepada Allah SWT agar bisa menyelesaikan ujiannya.
“Makanya setiap Anda mendapatkan musibah atau bencana, katakan, bahwasanya, di dalamnya ada ujian, Anda mau naik pangkat, sehingga Anda melewatinya dengan penuh harapan, bukan menjadi orang putus asa.”
“Di uji dengan sakit misalnya. Anda langsung khusnudzan, mungkin karena dosaku. Semoga Allah mengangkat derajatku, derajat keluargaku, derajat anakku, dan sebagainya.” Begitu kaidahnya.”
Jadi, kapan pun Allah menguji kita, khusnudzan yang harus kita hadirkan. Ini adab menilai ujian. Maka, lewati musibah itu adalah dengan menyerah kebada Allah tanpa protes, mengeluh, dan sebagainya.
Setidaknya, ada tiga hikmah di balik adanya musibah atau ujian yang datang:
Pertama, dapat menghapus dosa.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau khawatir, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya” (HR. Bukhari).
Kedua, mengangkat derajat manusia.
Allah SWT berfirman, “Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah)” (QS. Shad: 44).
Ketiga, tabungan pahala di akhirat.
Dalam sebuah hadits menyebutkan, “Allah berfirman, Wahai anak Adam, jika engkau bersabar dan berharap ridha Allah saat mendapatkan hantaman pertama musibah, tidaklah ada pahala yang paling diridhai untukmu selain surga” (HR. Ibnu Majah).***
Sumber Foto: Tangkapan Layar Al-Bahjah TV
