JENDELAISLAM.ID – Semua yang dialami manusia di dunia ini sebenarnya ujian. Ujian kekayaan, ujian kemiskinan, ujian kesenangan, juga ujian kesedihan. Tinggal manusia yang menjalaninya mampu melewati ujian itu dengan baik atau tidak.
Apabila manusia tidak bisa melalui ujian itu dengan baik, maka kekayaan yang manusia dapatkan bisa menjadi fitnah, kenikmatan yang manusia rasakan bisa berbuah fitnah.
Buya Yahya menjelaskan hal itu melalui akun Youtube al-Bahjah TV terkait dengan kiat menjaga iman saat menghadapi ujian hidup.
“Yang dialami manusia itu ujian, kekayaan itu ujian. Misalnya, ada orang, dulu sewaktu tidak punya duit, masih melarat, pakai sebeda engkol, rajin ikut pengajian di saf paling depan, giliran punya motor perlahan mundur. Pas punya mobil, malah tidak kelihatan lagi. Itu artinya nikmat menjadi fitnah bagi dia,” terang Buya.
Buya Yahya, panggilan akrab dari Yahya Zainul Maarif, mencontohkan lagi, ada orang waktu perjaka giat mengaji paling depan, giliran sudah punya pasangan, tidak kelihatan ngaji lagi. Menurut Buya, isterinya itu menjadi fitnah, mestinya sudah punya yang halal, semakin rajin ngajinya, semakin dekat pada Allah.
Pengasuh Lembaga Pendidikan Dakwah (LPD) al-Bahjah Cirebon ini menjelaskan bahwa ujian manusia itu bukan hanya fakir saja, melainkan semua yang manusia jalani itu ujian; apakah kita akan naik kelas atau kita semakin runtuh.
Ada orang kaya, semakin rajin beribadah, semakin banyak berderma, lanjut Buya, berarti orang itu lulus ujian hidup. Termasuk orang yang mendapat ujian kefakiran, bukan semakin jauh pada Allah, justru ia semakin mendekat pada Allah, berarti dia sukses menghadapi ujian.
Buya menambahkan bahwa orang beriman harus mengerti bahwa setiap ujian mestinya membuatnya bisa naik kelas.
Memang iman seseorang itu naik turun. Indikasinya adalah naik turunnya kualitas dan kuantitas ibadahnya. Sebab, iman itu ada di dalam hati, tidak ada yang tahu kecuali dirinya sendiri. Contohnya, seseorang yang merasa hari itu, senang beribadah, rindu sedekah dan sebagainya, itu petanda imannya lagi naik. Sebaliknya, bila hari itu malas beribadah, itu petanda iman mulai turun.
Tips saat menghadapi situasi seperti ini, kata Buya, dengan bermujahadah. Yakni mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala hal yang menghambat pendekatan diri terhadap Allah SWT.
“Ketika seorang isteri hendak cemberut kepada suaminya, langsung ganti dengan senyuman. Kalau sudah mau pelit, langsung keluarkan sedekah. Anda perangi semuanya. Jadi, untuk menaikkan iman, kita bermujahadah. Saat kita malas beribadah, harus kita dorong lagi. Cara mendorongnya bisa bermacam-macam cara: membaca al -Qur’an, berdzikir, dan sebagainya,” urai Buya mencontohkan.
Kedua, cara kawan yang baik. Apabila kawan kita jarang tahajudan, kita mungkin juga tidak tahajudan. Kalau kawan kita senang tahajudan, kita akan senag tahajudan. Nah, seperti itu. Jadi, cari kawan yang baik.
Ketiga, khusnudzan (berprasangka baik) kepada Allah SWT. Karena itu, pesan Buya, orang yang benar-benar beriman itu cara pandangnya sederhana dalam menjalani hidup lengkap dengan ujiannya, yakni selalu khusnudzan kepada Allah SWT. Sebab, bersyukur akan mengangkat derajatnya, bersabar juga mengangkat derajatnya. Sehingga seorang mukmin menjalani hidup itu dengan enak.
Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya” (HR. Muslim).***
Sumber Foto: Facebook/Buya Yahya
